REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) memprediksi penyaluran kredit masih tumbuh terbatas pada beberapa bulan ke depan. Hal ini sejalan aktivitas ekonomi yang mulai pulih.
“Likuiditas perbankan terpantau masih cukup longgar meskipun terdapat indikasi permintaan kredit yang mulai meningkat di tengah pemulihan ekonomi,” tulis LPS dalam laporan yang dipublikasikan seperti dikutip Selasa (9/11).
Dari sisi lain, LPS mencatat perbankan masih perlu mengantisipasi risiko kredit, meskipun relaksasi kredit masih diperpanjang hingga Maret 2023. “Pemulihan intermediasi perbankan diperkirakan akan terjadi secara gradual dipengaruhi laju pemulihan ekonomi dan keyakinan korporasi untuk melakukan investasi,” tulis LPS.
Kemudian pertumbuhan sisi penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) akan cenderung melambat ke single digit. Hal ini sejalan dengan perilaku deposan individual dan deposan korporasi yang cenderung mulai melakukan konsumsi dan investasi.
Sebelumnya, periode Agustus 2021, LPS menjelaskan penyaluran kredit perbankan kembali mengalami pertumbuhan positif dibandingkan periode bulan sebelumnya sebesar 1,16 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).
Menurut LPS, angka positif dari pertumbuhan penyaluran kredit ini menjadi sinyal adanya pemulihan ekonomi secara bertahap. Hal ini sejalan laju pertumbuhan DPK yang relatif melambat dibandingkan bulan sebelumnya tumbuh 8,81 persen yoy.
“Kondisi likuiditas perbankan yang masih cukup longgar ini masih memberikan ruang bank untuk kembali menurunkan suku bunga simpanannya,” pungkasnya.