Selasa 09 Nov 2021 10:49 WIB

Seniman Bantul Pamerkan 63 Karya Seni Lukis dan Patung

Semua karya yang dipamerkan memiliki karakter dan pengaruhi perkembangan seni dunia.

Pengunjung mengamati karya seni rupa yang dipamerkan saat pameran tunggal Ivan Bestari Minar Pradipta bertajuk Belantara Kaca di Sangkring Art Project, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul, D.I Yogyakarta, Selasa (2/11/2021). Pameran yang menampilkan karya seni kaca berbahan baku botol ataupun kaca bekas itu berlangsung hingga 14 November 2021.
Foto: ANTARA/Andreas Fitri Atmoko/wsj.
Pengunjung mengamati karya seni rupa yang dipamerkan saat pameran tunggal Ivan Bestari Minar Pradipta bertajuk Belantara Kaca di Sangkring Art Project, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul, D.I Yogyakarta, Selasa (2/11/2021). Pameran yang menampilkan karya seni kaca berbahan baku botol ataupun kaca bekas itu berlangsung hingga 14 November 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Seniman asal Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengadakan pameran tilunggal bertajuk "Timbul Raharjo 2021" dalam skema "My, Myself & I #4" pada 8 sampai 13 November 2021, dengan memamerkan sebanyak 63 karya seni lukis dan patung.

"Pameran ini adalah pameran saya yang keempat, karya dalam project 'my, myself and I' keempat," kata Timbul Raharjo, usai pembukaan pameran tunggal di kompleks Candi Tirto Raharjo, Kasongan, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul.

Baca Juga

Menurut dia, 63 karya, baik dua dimensi dan karya tiga dimensi yang dipamerkan tersebut, diciptakan selama 12 bulan pada masa pandemi Covid-19, dan semua karya memiliki karakter, sehingga diyakini dapat memberi pengaruh baik bagi perkembangan seni rupa di dunia.

"Saya mengambil tema 'tidak ada ide' sebagai sumber inspirasi penciptaan ide seni, arca dan gambar. Ini adalah salah satu langkah wacana yang memang agak menggelitik, sehingga orang akan memberi perhatian kepada tema yang kami tawarkan," katanya.

Menurut dia, dalam menciptakan karya seni rupa tersebut memperhatikan unsur keseimbangan, karena dalam hidup untuk berkarya, yang bagus dan dan kurang itu harus seimbang, atau tindakan yang lebih dan yang kurang harus seimbang.

"Teori penciptaan yang saya pakai adalah teori positif dan negatif. Negatif itu, karya saya mampu menggores batin secara menyedihkan. Positif menggores batin secara menyenangkan, keduanya memiliki kedalaman yang sama. Seperti bisnis, baik dan tidak baik, muaranya adalah mencari keuntungan, yaitu uang," katanya.

Terkait dengan situasi pandemi Covid-19, kata Timbul, memang berdampak pada penciptaan karya seni, sehingga harapannya dengan pameran ini bisa kembali menggairahkan dunia seni dan kegiatan serupa dengan tetap menaati protokol kesehatan.

"Harapan saya, taat protokol kesehatan dan terjadi penurunan dan bisa kerja dengan baik. Saat ini, penciptaan karya seni di masa Covid-19 begitu berat, banyak teman yang gulung tikar dan mandeg berkaryanya. Karena apresiator juga terdampak, maka rentetannya mereka juga ikut terdampak," katanya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement