REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Pelatih Arema FC, Eduardo Almeida meminta pemain untuk menjaga emosi selama pertandingan. Ini setelah sebagian pemain Singo Edan mendapat ganjaran kartu merah dari wasit di beberapa pertandingan terakhir.
Menurut Eduardo bermain dengan 10 pemain mengganggu keseimbangan tim sehingga menyulitkan dirinya untuk menerapkan strategi dalam pertandingan.
Termasuk saat Arema FC menghadapi Persebaya Surabaya pada pekan 11 Liga 1 2021/2022 lalu. Sempat mendominasi permainan sepanjang laga, mereka akhirnya kewalahan menghadapi tekanan yang diberikan pemain Persebaya usai Dendi Santoso menerima hukuman kartu kuning kedua dari wasit.
Situasi yang sama juga pernah dihadapi Arema saat menghadapi PSM Makassar di laga pekan perdana Liga 1 2021/2022. Eduardo pun berharap di laga selanjutnya, para pemain Arema FC dapat mengatur emosi dengan baik dan meminimalisir pelanggaran yang dapat merugikan tim.
“Tapi memang harus diakui kami beberapa kali mendapatkan kartu merah dan harus sering bermain dengan 10 pemain,” ujarnya dalam keterangan pers yang diterima Republika.co.id.
“Kami berusaha memberikan yang terbaik saat dalam kondisi tersebut cepat yang kami lakukan pada kali ini,” sambungnya.
Ia berpendapat, situasi setelah pemain menerima kartu merah selalu menggagalkan kans Arema FC untuk memenangkan pertandingan. Karena menurutnya, sangat sulit untuk membertahankan tempo permainan ditengah keterbatasan jumlah pemain di lapangan.
Di satu sisi, Eduardo merasa ada beberapa pelanggaran yang seharusnya tidak berbuah hukuman kartu tapi enggan untuk menyalahkan keputusan wasit. Ia lebih memilih untuk menghormati keputusan wasit.
“Tentu saja kami sangat ingin memenangkan pertandingan. Tetapi setelah kartu merah kami harus melakukan penyesuaian dengan pemain yang ada,” ucap pelatih berusia 48 tahun itu.