REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir mengatakan bahwa langkah pemerintah untuk menentukan harga tes polymerase chain reaction (PCR) sudah tepat. Ke depan, ia yakin bahwa harganya masih dapat lebih murah lagi.
"Masih ada celah sebenarnya kita untuk turun, tapi berapa persennya yang kami belum (tahu). Itu (penurunan harga) masih ada celah," ujar Honesti dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR, Selasa (9/11).
Bio Farma, kata Honesti, memiliki beberapa strategi untuk menurunkan harga tes PCR. Namun ia tak mengungkapkannya, karena hal tersebut masih dikaji terlebih dahulu.
"Kami butuh exercise juga, karena menyangkut nanti kapasitas produksi kami. Ini kan volume juga sangat menentukan, sampai volume berapa, optimal dari penurunan biaya," ujar Honesti.
Bio Farma sendiri telah melakukan penurunan harga alat tes PCR sejak Agustus 2020. Saat itu, perseroan menetapkan Biocov sebesar Rp 325 ribu per tes, tapi itu belum termasuk pajak pertambahan nilai (PPN).
Kemudian menurun pada September 2020, menjadi Rp 250 ribu per tes. Dalam pemaparannya, Bio Farma melakukan inovasi produk menjadi Mbiocov Multiplex yang disebutnya diminati pasar, sehingga kebutuhannya mulai meningkat.
Pada Agustus 2021, alat tes PCR dari Bio Farma turun lagi menjadi Rp 113.636 per tes. Perusahaannya mulai melakukan peningkatan kapasitas produksi dengan mengoperasikan fasilitas eks flu burung untuk memproduksi reagen PCR kit.
"Kami akan berusaha meng-exercise lagi sampai level berapa biaya PCR ini bisa kita lakukan, tapi kami memiliki keyakinan bisa (menurunkan)," ujar Honesti.
Di samping itu, ia menjelaskan bahwa pada awal pandemi harga tes PCR dapat mencapai harga Rp 3,5 juta per tes. Sebab saat ini, banyak laboratorium yang membuat paket tes bersama dengan CT scan thorax.
Tak hanya itu, struktur harga PCR di masing-masing laboratorium ikut menentukan harga tes di pasar. Di Bio Farma sendiri, komponen biaya produksi dan bahan baku (50 persen), biaya operasional (16 persen), distribusi (14 persen), royalti (5 persen), margin bio (10 persen), harga publish termasuk PPN Rp 90 ribu, dan harga e-katalog termasuk PPN Rp 81 ribu.
"Saya berkeyakinan dengan semakin banyak suplai dalam negeri, mungkin harga ini bisa kita turunkan sampai level tertentu," ujar Honesti.