Selasa 09 Nov 2021 18:07 WIB

Persetujuan Kreditur Kunci Restrukturisasi Garuda

Pascarestrukturisasi, ditargetkan aset Garuda sebesar 2,7 miliar dolar AS.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Friska Yolandha
Wamen BUMN II Kartika Wirjoatmodjo bersiap mengikuti rapat kerja (raker) dengan Komisi VI DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (9/11). Raker tersebut membahas mengenai restrukturisasi PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. Prayogi/Republika
Foto: Prayogi/Republika.
Wamen BUMN II Kartika Wirjoatmodjo bersiap mengikuti rapat kerja (raker) dengan Komisi VI DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (9/11). Raker tersebut membahas mengenai restrukturisasi PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. Prayogi/Republika

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo mengatakan restrukturisasi menjadi opsi utama dalam menyehatkan kembali neraca keuangan PT Garuda Indonesia (Persero). Pria yang akrab disapa Tiko itu mengatakan ekuitas Garuda saat ini tercatat negatif sebesar 2,8 miliar dolar AS lantaran total liabilitas atau utangnya yang mencapai 9,7 miliar dolar AS atau jauh lebih besar ketimbang aset perusahaan yang sebesar 6,9 miliar dolar AS.

"Diharapkan nanti kalau berhasil restrukturisasi itu antara aset dan liabilitas seimbang lagi dan mulai ada ekuitas positif," ujar Tiko saat rapat kerja dengan Komisi VI DPR di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (9/11).

Baca Juga

Pascarestrukturisasi, Tiko menargetkan aset Garuda sebesar 2,7 miliar dolar AS dan liabilitas sebesar 2,6 miliar dolar AS yang membuat ekuitas perseroan tumbuh positif menjadi 181 juta dolar AS. Untuk mencapai hal tersebut, ucap Tiko, Garuda harus menjadi perusahaan yang sehat pascarestrukturisasi, serta memiliki rencana transformasi bisnis dan proposal restrukturisasi yang mampu menarik pendanaan baru untuk menjalankan operasional perusahaan. Tiko menyebut persetujuan kreditur menjadi kunci utama keberhasilan restrukturisasi Garuda.

"Nasib Garuda tidak hanya di tangan pemegang saham, tapi juga krediturnya karena kreditur harus juga menyadari tanpa ada signifikan haircut, Garuda tidak akan seimbang," ucap Tiko.

Kata Tiko, Kementerian BUMN dan manajemen Garuda sangat aktif berkomunikasi dengan para lessor dan bank seperti Himbara hingga Pertamina untuk mengakui kondisi yang tengah dialami Garuda dan menerima pengurangan utang yang sangat signifikan.

Tiko menyampaikan Garuda juga telah mengajukan proposal negosiasi dengan para lessor dan kreditur melalui skema pengurangan jumlah pesawat.

Selain itu, lanjut Tiko, Garuda juga melakukan renegoisasi kontrak sewa pesawat yang diharapkan dapat turun 40 persen sampai 50 persen dari nilai tarif saat ini. Tiko mengatakan Garuda juga mengajukan pembatalan nilai utang dan tunggakan secara material.

"Dengan cara ini diharapkan total utang Garuda ditargetkan turun dari 9,78 miliar dolar AS menjadi 3,69 miliar dolar AS," kata Tiko.

Tiko menyebut proses restrukturisasi yang masif memerlukan pendanaan dari pemerintah sebesar 527 juta dolar AS atau sekitar Rp 7,5 triliun. Tiko menyebut dana ini berasal dari dana investasi pemerintah dalam rangka pemulihan ekonomi nasional (IP PEN) 2020 yang memang telah disiapkan untuk Garuda.

Garuda baru mendapatkan Rp 1 triliun dalam bentuk obligasi wajib konversi (OWK) dari total dana IP PEN tahun lalu senilai Rp 8,5 triliun. Hal ini lantaran Garuda dianggap gagal memenuhi parameter yang ditentukan pemerintah.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement