REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD -- Pakistan dan pejuang Tehreek-e-Taliban Pakistan (TTP) telah menyetujui gencatan senjata selama satu bulan, dan dapat diperpanjang jika kedua belah pihak setuju. Hal ini membuka kemungkinan perjanjian damai, untuk membantu mengakhiri pertumpahan darah selama bertahun-tahun.
"Pemerintah Pakistan dan Tehreek-e-Taliban Pakistan telah menyetujui gencatan senjata," kata Menteri Informasi Pakistan Fawad Chaudhry dalam sebuah pernyataan, dilansir Channel News Asia, Selasa (9/11).
Chaudry menambahkan bahwa, gencatan senjata akan diperpanjang saat pembicaraan berlangsung. Tehreek-e-Taliban Pakistan adalah kelompok yang memiliki pergerakan terpisah dari Taliban Afghanistan. Tehreek-e-Taliban Pakistan telah berjuang selama bertahun-tahun untuk menggulingkan pemerintah di Islamabad, dan memerintah negara itu di bawah hukum syariah Islam.
Chaudhry mengatakan, perjanjian gencatan senjata akan berada di bawah Konstitusi Pakistan, termasuk memastikan kedaulatan negara dan integritas nasional. TTP telah menuntut pembebasan sejumlah tahanan sebagai syarat untuk negosiasi gencatan senjata secara penuh.
Gencatan senjata akan berlaku mulai Selasa (9/11), dan berlangsung hingga 9 Desember. Perjanjian tersebut dapat diperpanjang jika kedua belah pihak setuju. Panitia khusus telah dibentuk untuk mencoba memetakan proses negosiasi. Kesepakatan itu muncul beberapa hari setelah pemerintah di Islamabad mencapai kesepakatan dengan kelompok militan lain Tehrik-e-Labaik Pakistan atau TLP.
Berbagai macam upaya telah dilakukan oleh pemerintah Pakistan untuk mencapai kesepakatan damai dengan TTP. Namun upaya tersebut gagal.
Pembicaraan terakhir dibuka setelah kemenangan Taliban di Afghanistan pada Agustus lalu. Pemerintah Pakistan dan TTP telah bertemu di seberang perbatasan di Afghanistan, dengan bantuan para pemimpin Taliban Afghanistan.
TTP telah membunuh ribuan personel militer, dan warga sipil selama bertahun-tahun dalam pemboman serta serangan bunuh diri. Di antara serangan yang dilakukan TTP, yaitu pada 2014 di sebuah sekolah yang dikelola militer di Peshawar, dekat perbatasan dengan Afghanistan. Serangan itu menewaskan 149 orang termasuk 132 anak-anak.
Selain itu, TTP juga berusaha membunuh Malala Yousafzai, yang ketika itu masih duduk di sekolah menengah. Yousafzai berhasil selamat dan kemudian memenangkan Hadiah Nobel untuk karyanya yang mempromosikan pendidikan anak perempuan.
Pada Sabtu (6/11), TTP mengeklaim meledakan bom yang menewaskan empat tentara dan melukai lainnya di distrik suku Waziristan Utara. Serangan itu sebagai pembalasan atas pembunuhan empat pejuang TTP pada dua hari sebelumnya.
TTP masuk dalam daftar organisasi teroris asing Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS). Mereka telah melakukan kampanye penindasan brutal di distrik suku di sepanjang perbatasan Afghanistan-Pakistan, termasuk memberlakukan hukum cambuk di hadapan publik dan eksekusi untuk menegakkan hukum syariah Islam garis keras.