Selasa 09 Nov 2021 20:14 WIB

India Buru Penyebar Hoaks Serangan Anti-Muslim di Tripura

Polisi menemukan 102 unggahan memprovokasi konflik umat komunitas agama yang berbeda.

Rep: Rossi Handayani/Kiki Sakinah/Andrian Saputra/Meiliza Laveda/ Red: Ani Nursalikah
India Buru Penyebar Hoaks Serangan Anti-Muslim di Tripura. Seorang prajurit paramiliter berpatroli melewati sebuah toko yang terbakar di desa Rowa, sekitar 220 kilometer dari Agartala, di negara bagian Tripura, India, Rabu, 27 Oktober 2021. Ketegangan tinggi di beberapa bagian negara bagian Tripura pada Jumat setelah serangkaian serangan terhadap minoritas Muslim. Serangan itu sebagai pembalasan atas kekerasan terhadap umat Hindu di perbatasan Bangladesh awal bulan ini. Polisi mengatakan setidaknya satu masjid, beberapa toko dan rumah milik Muslim dirusak sejak Selasa. 
Foto: AP/Panna Ghosh
India Buru Penyebar Hoaks Serangan Anti-Muslim di Tripura. Seorang prajurit paramiliter berpatroli melewati sebuah toko yang terbakar di desa Rowa, sekitar 220 kilometer dari Agartala, di negara bagian Tripura, India, Rabu, 27 Oktober 2021. Ketegangan tinggi di beberapa bagian negara bagian Tripura pada Jumat setelah serangkaian serangan terhadap minoritas Muslim. Serangan itu sebagai pembalasan atas kekerasan terhadap umat Hindu di perbatasan Bangladesh awal bulan ini. Polisi mengatakan setidaknya satu masjid, beberapa toko dan rumah milik Muslim dirusak sejak Selasa. 

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Rossi Handayani, Kiki Sakinah, Andrian Saputra, Meiliza Laveda

AGARTALA -- Polisi India tengah memburu pemilik sekitar 100 akun media sosial yang dituduh menyebarkan 'berita palsu' setelah serangan massa di masjid-masjid di negara bagian Tripura di timur laut negara itu.

Baca Juga

Pada Oktober lalu, kekerasan meletus di Tripura di sela-sela unjuk rasa ratusan pengikut kelompok nasionalis Hindu sayap kanan. Insiden itu tampaknya merupakan serangan balas dendam yang dipicu oleh pembunuhan beberapa jamaah Hindu di seberang perbatasan di Bangladesh yang berpenduduk mayoritas Muslim.

Dalam insiden serangan anti-Muslim itu, empat masjid dirusak dan beberapa rumah serta bisnis milik Muslim digeledah. Menurut polisi, masyarakat hendak mengobarkan kekerasan lebih lanjut dengan membagikan gambar menyesatkan di media sosial setelah insiden itu.

"Akun-akun yang diidentifikasi menyebarkan rumor, berita palsu, video palsu, dan foto-foto palsu yang bahkan tidak terkait dengan Tripura. Masih terlalu dini tetapi semua orang akan dikenali dan ditangkap karena pemalsuan semacam itu," kata seorang perwira polisi senior di negara bagian itu tanpa menyebut nama, dilansir di The Guardian, Selasa (9/11).

Sebuah laporan polisi yang dirilis ke media pada Sabtu lalu menemukan 102 unggahan yang dikatakan diterbitkan oleh "penjahat tak dikenal" untuk memprovokasi konflik antara orang-orang dari komunitas agama yang berbeda. Laporan media lokal mengatakan polisi telah menulis surat ke Facebook, Twitter, dan YouTube menuntut agar unggahan tersebut dihapus.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement