Selasa 09 Nov 2021 22:43 WIB

Bersama Menteri PPPA, Kepala BKKBN Resmikan Kebun Gizi Kota

Kepala BKKBN mengapresiasi langkah dirikan kebun gizi untuk cegah stunting

Hari kedua kunjungan kerja Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Dokter Hasto Wardoyo di Kota Semarang, bersama Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Bintang Puspayoga. Dokter Hasto meresmikan Kebun Gizi Pelangi Nusantara (Pelayanan gizi dan penyuluhan kesehatan anak serta remaja) di Srondol Wetan, Banyumanik, Selasa (09/11).
Foto: BKKBN
Hari kedua kunjungan kerja Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Dokter Hasto Wardoyo di Kota Semarang, bersama Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Bintang Puspayoga. Dokter Hasto meresmikan Kebun Gizi Pelangi Nusantara (Pelayanan gizi dan penyuluhan kesehatan anak serta remaja) di Srondol Wetan, Banyumanik, Selasa (09/11).

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Hari kedua kunjungan kerja Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Dokter Hasto Wardoyo di Kota Semarang, bersama Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Bintang Puspayoga. Dokter Hasto meresmikan Kebun Gizi Pelangi Nusantara (Pelayanan gizi dan penyuluhan kesehatan anak serta remaja) di Srondol Wetan, Banyumanik, Selasa (09/11). 

Hadir dalam kesempatan tersebut, Walikota Semarang Hendrar Prihadi dan Wakil Walikota Semarang Hevearita G. Rahayu, Plt Deputi Bidang Pengendalian Penduduk BKKBN, Dwi Listyawardani dan Kepala Perwakilan BKKBN Jawa Tengah, Widwiono.

Dokter Hasto sangat mengapresiasi berbagai upaya yang telah dilakukan Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang dalam menurunkan angka stunting. "Berbagai upaya yang telah dilakukan Pemkot, seperti melalui pendampingan dan pemberian makanan kepada ibu hamil Kekurangan Energi Kronis (KEK) dan anak Balita Stunting serta Rumah Gizi yang didalamnya juga ada kebun gizi bisa menjadi contoh bagi daerah lain," ungkapnya.

Kebun Gizi membudidayakan berbagai jenis tanaman sayur dan buah-buahan bahkan peternakan ayam petelur yang penting dalam upaya  pemenuhan gizi. Seperti diketahui, kecukupan gizi pada ibu hamil dan balita merupakan salah satu syarat agar terhindar dari stunting.

Tak hanya budidaya sumber makanan bergizi, di lokasi tersebut juga memberikan pelayanan gizi dan penyuluhan kesehatan anak serta remaja. Berbagai aktivitas reguler yang dilakukan antara lain pengukuran berat dan tinggi badan, konsultasi gizi, praktek fisioterapi anak, mentoring pengolahan makanan bergizi dan lain sebagainya. 

Sementara Menteri PPPA Bintang Puspayoga menyampaikan bahwa penanganan stunting merupakan wujud dari pemenuhan hak dasar anak, yaitu hak hidup, tumbuh dan berkembang, mendapatkan perlindungan, dan partisipasi. 

“Inilah yang menjadi tanggung jawab kita bersama, tidak hanya pemerintah pusat, tetapi juga menjadi tanggung jawab pemerintah daerah, dunia usaha, lembaga masyarakat, termasuk rekan-rekan media. Inilah ke depan mari kita bangun sinergi dan kolaborasi untuk mewujudkan perempuan berdaya anak terlindungi," ujar Menteri Bintang.

Mengutip dari Dinas Kesehatan Kota Semarang, Rumah Gizi Pelangi Nusantara sebagai upaya intervensi gizi spesifik penanggulangan masalah gizi masyarakat dalam mewujudkan sumber daya manusia yang sehat, cerdas, dan produktif, serta pencapaian pembangunan berkelanjutan di Kota Semarang dengan menggunakan pendekatan continuum-of-care 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).

Pelaksanaan kegiatan Pelangi Nusantara juga dibiayai oleh APBD Kota Semarang sehingga menjamin keberlangsungan kegiatan. Menggerakkan pemberdayaan masyarakat bersama TP-PKK, FKK, Organisasi Profesi dan Perguruan Tinggi di Kota Semarang.

Kepala BKKBN Dokter Hasto Wardoyo menyampaikan bahwa penanganan stunting yang paling tepat adalah pada 1000 HPK, yakni sejak hamil sampai usia dua tahun. Pondasi utama kehidupan manusia di masa depan menurutnya dapat dipengaruhi oleh pengasuhan pada 1000 Hari Pertama Kehidupan, yang dimulai sejak awal konsepsi atau selama 270 hari masa kehamilan serta 730 hari setelah lahir (hingga anak berusia 2 tahun).

“Bagi orangtua yang memiliki anak masih dibawah usia dua tahun harus dioptimalkan asupan gizinya, jangan sampai saat ubun-ubun tertutup terjadi suboptimal health atau suboptimal nutrition, karena kalau ubun-ubun sudah tertutup akan sangat sulit untuk dikoreksi lagi," pungkas Dokter Hasto. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement