Rabu 10 Nov 2021 13:17 WIB

Antisipasi Ancaman China, AS Uji Iron Dome Israel di Guam

AS lakukan uji coba Iron Dome di Guam didorong kemungkinan serangan dari China

Rep: Lintar Satria/ Red: Christiyaningsih
AS lakukan uji coba Iron Dome di Guam didorong kemungkinan serangan dari China. Ilustrasi.
Foto: AP
AS lakukan uji coba Iron Dome di Guam didorong kemungkinan serangan dari China. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Israel telah menghentikan ribuan roket dan mortir Palestina dengan Iron Dome. Kini, Amerika Serikat (AS) sedang menguji sistem pertahanan rudal itu di Guam didorong kemungkinan serangan dari China.

Sistem tersebut hanya dapat melindungi dari sejumlah tipe rudal tertentu dan AS ingin mengejar rencana yang berbeda untuk memperkuat pertahanan melawan rudal balistik China yang diluncurkan dari udara. Akan tetapi uji coba Iron Dome menunjukkan banyaknya pilihan AS di kawasan Asia-Pasifik, terutama setelah Pentagon mengatakan aktivis China memperkuat dan memodernisasi militernya sebagai tantangan nomor satu.

Baca Juga

"Jika kami tidak bisa mempertahankan Guam, pangkalan udara, dan hal-hal lain di sana, maka sangat sulit bagi proyek kekuatan di Pasifik," kata Direktur Proyek Pertahanan Rudal di lembaga think-tank Center for Strategic and International Studies, Tom Karako, seperti dikutip Wall Street Journal, Rabu (10/11).

Guam merupakan wilayah AS di Pasifik yang menjadi tuan rumah bagi 190 ribu warga sipil dan militer AS. Pangkalan Angkatan Udara, Laut, dan Marinir AS di sana berjarak sekitar 1.800 mil dari China. Posisi ini membuat Guam menjadi pangkalan militer AS terdekat dari Negeri Tirai Bambu.

Agustus lalu, Beijing melakukan uji coba hulu ledak hipersonik yang dapat menggunakan jalur terbang yang lebih sulit diprediksi sistem pertahanan ketika turun dari langit termasuk ke Guam. China meningkatkan pertumbuhan armada pengebomnya yang dapat melepas rudal kendali yang bisa mencapai Guam.

Tampaknya uji coba Iron Dome di Guam untuk mengatasi masalah tersebut. Sistem pertahanan itu dikembangkan perusahaan Israel Rafael Advanced Defense Systems atas kerja sama dengan perusahaan AS Raytheon Technologies Corp.

Iron Dome dirancang untuk menghancurkan roket jarak dekat dan artileri hingga 40 mil jauhnya. Senjata tersebut biasanya digunakan kelompok bersenjata Palestina untuk menembak Israel.

Pada 2019 lalu Kongres AS memerintahkan pembelian dua Iron Dome senilai 373 juta dolar AS. Mereka mengatakan satu Iron Dome dapat dioperasikan di medan tempur pada tahun fiskal tahun ini. Times of Israel melaporkan Iron Dome pertama dikirim ke AS pada akhir 2020 sedangkan satu lagi dikirim pada Januari 2021.

Rudal jelajah target lebih sulit dijatuhkan dibandingkan roket-roket Palestina. Sebab roket-roket yang datar dan terbang langsung lebih sulit dideteksi radar pertahanan dan beberapa di antaranya dapat terbang lebih cepat.

"Iron Dome lebih merupakan solusi sementara dan tidak akan efektif mengatasi ancaman dari rudal jelajah yang lebih cepat," kata Karako.

Meskipun demikian, sistem pertahanan itu menunjukkan sejumlah kemampuan untuk menghalau rudal jelajah yang kecepatannya lebih rendah dari kecepatan suara. Seperti rudal CJ-20 yang menurut Pentagon dapat mengancam Guam apabila ditembakan armada pengebom China.

Agustus lalu Angkatan Darat AS menghancurkan delapan rudal jelajah dalam uji coba Iron Dome di White Sands Missile Range in New Mexico. Petinggi Angkatan Darat ragu untuk mengerahkan Iron Dome karena sulit untuk dioperasikan dengan sistem pertahanan rudal yang lain.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement