REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- CEO Pfizer Albert Bourla mengatakan orang-orang yang menyebarkan disinformasi tentang vaksin Covid-19 adalah penjahat. Menurutnya, mereka turut berkontribusi dan bertanggung jawab atas hilangnya nyawa jutaan orang akibat virus Corona.
“Mereka bukan orang jahat. Mereka adalah penjahat, karena mereka benar-benar telah menelan jutaan nyawa,” kata Bourla dalam sebuah wawancara dengan lembaga think tank, Atlantic Council, yang disiarkan CNBC pada Selasa (9/11).
Dalam wawancara tersebut, Bourla ditanya bagaimana dia menangani berita palsu atau hoaks dan teori konspirasi terkait pandemi Covid-19 serta vaksin yang muncul selama setahun terakhir. Dia pun dimintai pendapat tentang seberapa besar dampak negatif dari hal tersebut. “Saya khawatir itu cukup merusak,” katanya merespons pertanyaan tersebut.
Bourla mengaku memiliki empati untuk mereka yang divaksinasi dan mereka yang masih skeptis menerima suntikan vaksin. “Keduanya takut. Mereka yang divaksinasi takut akan penyakitnya. Mereka yang tidak mendapatkan vaksin takut dengan vaksin,” ucapnya.
Dia mencatat, mereka yang kini belum divaksinasi adalah orang-orang baik yang memiliki rasa takut. Sementara mereka yang menyebar disinformasi tentang vaksin adalah penjahat. “Ada sebagian kecil dari para professional yang sengaja mengedarkan informasi keliru, sehingga menyesatkan mereka yang memiliki kekhawatiran,” ujar Bourla.
Ia menekankan, cara tercepat agar dunia kembali “normal” adalah dengan memvaksinasi orang-orang yang belum divaksinasi. “Satu-satunya hal yang berdiri di antara cara hidup baru dan cara hidup saat ini, sejujurnya, adalah keragu-raguan terhadap vaksinasi,” katanya.
Kasus Covid-19 global telah melampaui 250 juta pekan ini. Pandemi sudah membunuh lebih dari 5 juta orang di seluruh dunia.