Kamis 11 Nov 2021 14:03 WIB

India Tagih Janji Negara Kaya Bantu Atasi Perubahan Iklim

Menteri Lingkungan India menagih janji pembiayaan negara maju atasi perubahan iklim

Rep: Lintar Satria/ Red: Christiyaningsih
Warga India dan turis mengenakan masker untuk menghalau polusi udara saat berjalan di New Delhi, India, Senin (4/11). Menteri Lingkungan India menagih janji pembiayaan negara maju atasi perubahan iklim. Ilustrasi.
Foto: AP
Warga India dan turis mengenakan masker untuk menghalau polusi udara saat berjalan di New Delhi, India, Senin (4/11). Menteri Lingkungan India menagih janji pembiayaan negara maju atasi perubahan iklim. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, GLASGOW -- Menteri Lingkungan dan Perubahan Iklim Bhupender Yadav mengatakan negara-negara kaya memiliki kewajiban, tanggung jawab, tugas, dan janji untuk membiayai upaya mengatasi perubahan iklim negara-negara berkembang. Ia mengatakan janji 100 miliar dolar per tahun harus dipenuhi.

"Saya yakin tanggung jawab terbesar terletak pada negara-negara maju, karena apabila terdapat kesenjangan yang tersisa itu pada tindakan pada pembiayaan perubahan iklim," kata Yadav, Kamis (11/11).

Baca Juga

Ia menambahkan sangat penting mengatasi pembiayaan perubahan iklim agar Konferensi Perubahan Iklim PBB atau COP26 di Glasgow, Skotlandia sukses. Yadav menjabat ketua delegasi India dalam pertemuan yang dijadwalkan berakhir Jumat (12/11) besok.

Dalam rancangan kesepakatan negosiasi dengan catatan 'dengan penyelesaian', negara-negara kaya gagal memenuhi janji mulai 2020 menyediakan 100 miliar dolar setiap tahun untuk membantu negara-negara miskin mengatasi perubahan iklim. Saat ini negara-negara kaya diperkirakan menyediakan 80 miliar dolar AS per tahun.

Negara-negara miskin mengatakan jumlah itu tidak cukup untuk mengembangkan sistem energi bersih dan beradaptasi dengan perubahan iklim yang semakin memburuk. Dalam dokumen Kementerian Keuangan India tercatat negara itu membutuhkan 2,5 triliun dolar AS untuk dua hal tersebut.

"Pembiayaan perubahan iklim bukan amal, itu kewajiban, tanggung jawab, tugas, dan janji," tegas Yadav.

Menurutnya membantu negara-negara berkembang mengatasi perubahan iklim harusnya ada di nurani setiap orang. "Namun terutama mereka yang memiliki tanggung jawab historis lebih banyak dibanding yang lain," katanya.

Yadav mengatakan India merupakan salah satu dari segelintir negara di dunia yang berada dalam jalur untuk memenuhi target iklim sebelum 2030. Negara yang berpopulasi 1,4 miliar orang atau seperlima dari populasi dunia itu hanya menyumbang lima persen total emisi global. Namun para pakar berpendapat India harus menetapkan target yang lebih ambisius demi membantu dunia membatasi perubahan iklim 1,5 derajat Celsius, sesuai dengan yang disepakati dalam negosiasi PBB.

Saat ini India mengumumkan akan menghentikan menambah gas rumah kaca ke atmosfer pada tahun 2070. Target itu dua dekade lebih lama dari Amerika Serikat (AS) dan 10 tahun lebih lama dari China.

India juga berjanji agar setengah dari total pemakaian energinya berasal dari energi bersih dan mengendalikan pertumbuhan emisi pada tahun 2030. Akan tetapi untuk mencapai target-target itu negara berkembang seperti India membutuhkan bantuan pembiayaan.  

India enggan berkomitmen memotong pembangkit listrik tenaga batu bara, sumber emisi terbesar yang diciptakan manusia. Energi kotor itu sangat penting bagi India untuk memproduksi listrik di mana masih ada jutaan orang tidak memiliki akses pada listrik.

sumber : AP
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement