Kamis 11 Nov 2021 14:17 WIB

Dibekap Krisis, Aksi Kriminalitas Merebak di Afghanistan

Ada lebih dari 40 penculikan pengusaha di Afghanistan sejak Taliban kembali berkuasa

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Christiyaningsih
Seorang Taliban berjaga di luar rumah sakit militer, sehari setelah ledakan bom dan serangan militan ISIS, di Kabul, Afghanistan, Rabu (3/11/2021). Ada lebih dari 40 penculikan pengusaha di Afghanistan sejak Taliban kembali berkuasa. Ilustrasi.
Foto: EPA-EFE/STRINGER
Seorang Taliban berjaga di luar rumah sakit militer, sehari setelah ledakan bom dan serangan militan ISIS, di Kabul, Afghanistan, Rabu (3/11/2021). Ada lebih dari 40 penculikan pengusaha di Afghanistan sejak Taliban kembali berkuasa. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID,  KABUL – Afghanistan sedang dibekap krisis multidimensi. Sejak Taliban mengambil alih kekuasaan pada pertengahan Agustus lalu, perekonomian negara tersebut merosot. Harga barang-barang melonjak dibarengi dengan kelangkaan uang tunai. Pengangguran pun merebak.

Di tengah krisis tersebut, kasus kejahatan serius meningkat tajam. Di ibu kota Kabul, penculikan dan pemerasan telah menjadi hal lumrah. Anggota Taliban bahkan dilaporkan bersedia menjadi pembunuh bayaran demi memperoleh uang sebab mereka tak memperoleh gaji.

Baca Juga

“Menculik seseorang dikenakan biaya dua ribu dolar AS dan untuk membunuh dimintai bayaran lima ribu dolar AS,” ungkap mantan pejabat keamanan Afghanistan yang memantau dengan cermat gelombang kejahatan di negara tersebut dikutip dari laman Foreign Policy, Kamis (11/11).

Dia tak menampik kejahatan dan kemiskinan sangat tinggi. “Taliban tidak keluar untuk menghentikannya. Bukannya mereka tidak mampu menahan kejahatan itu, mereka adalah bagian darinya,” ujarnya.

Sejumlah warga Kabul mengatakan geng berkeliaran di jalan-jalan di kota tersebut. Mereka mencegat dan merampok orang secara acak. Orang-orang bersenjata menyetop mobil dan menggasak harta milik penumpang di dalamnya. “Mereka tampaknya sangat profesional, juga muda, tidak berpendidikan, dan menganggur,” kata mantan pejabat pemerintah Afghanistan lainnya.

Dia menilai saat ini kehidupan di Kabul kian sengkarut. “Tidak ada yang beres di sini. Hidup tidak normal sebagaimana mestinya. Kabul adalah kota yang hilang dan mati,” ucapnya.

Seorang penduduk Kabul mengungkapkan ayah dari seorang rekannya diculik. Pelaku kemudian meminta uang tebusan sebesar tiga juta dolar AS. “Namun tidak ada yang punya uang sebanyak itu; mereka tidak bisa membayar dan dia dibunuh,” ucapnya.

Media lokal telah melaporkan ada lebih dari 40 penculikan pengusaha sejak Taliban mengambil alih kekuasaan di Afghanistan. Sumber lain menyebut angka sebenarnya jauh lebih tinggi. Selain di Kabul, kasus-kasus penculikan juga terjadi di provinsi lain seperti Kandahar, Nangarhar, Kunduz, Herat, dan Balk.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement