Kamis 11 Nov 2021 17:01 WIB

Kiat UMJ Siapkan Lulusan SMK yang Siap Latih dan Berkembang

Pendidikan SMK masih menjumpai sejumlah kendala yang tidak sesuai kebutuhan industri

Universitas Muhammadiyah Jakarta menggelar Focus grouo Discussion (FGD) dan penandatanganan MoU  program Pendampingan SMK Berkeunggulan, Kamis (11/11)
Foto: istimewa
Universitas Muhammadiyah Jakarta menggelar Focus grouo Discussion (FGD) dan penandatanganan MoU program Pendampingan SMK Berkeunggulan, Kamis (11/11)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Menyiapkan tenaga lulusan SMK yang mampu memenuhi kebutuhan industri saat ini sudah menjadi kebutuhan yang mendesak. Karena itu dibutuhkan fasilitas pendidikan yang memadai agar mampu menghasilkan lulusan SMK yang siap latih dan siap mengembangkan potensi diri.

Rektor Universitas Muhamadiyah Jakarta, Dr Ma'mun Murod M.Si,  dalam sambutannya di sela Focus grouo Discussion (FGD) dan penandatanganan MoU  program Pendampingan SMK Berkeunggulan, Kamis (11/11)  menyebutkan tahun 2020 angka pengangguran SMK yang tertinggi diantara sekolah yang setingkat di kisaran 13 persen. Maka, bila SMK dijadikan pendidikan vokasi oleh Mendibudristek yang mencoba memberikan satu program fastrack terkait SMK dan langsung Diploma 2  perlu didukung karena tujuannya mengurangi pengangguran SMK. 

Tingginya jumlah angkatan kerja yang tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja secara ekonomi Indonesia berdampak pada kesejahteraan. Banyak orang didaerah anaknya langsung kerja membantu orang tua, bukan kuliah. Ketika pendidikan SMK menyebutkan semua lulusan bisa langsung kerja maka semua ke SMK. "Sedangkan yang berpendidikan Aliah dan SMA setelah lulus langsung melanjutkan kuliah sehingga angka penganggurannya kecil,"katanya. 

Dalam kesempatan yang sama, Prof Agus Suradika M.Pd, Pakar pendidikan dan BPH Universitas Muhammadiyah Jakarta menyebutkan industri dan pendidikan  perlu duduk bersama untuk menyamakan persepsi terkait ketersediaan sumber daya dari sekolah kejuruan. Selain itu  lembaga pendidikan juga perlu menyesuaikan diri dengan kebutuhan pasar. "Bila tidak, maka suplay demand tidak nyambung,"katanya. 

Di SMK sendiri masih dijumpai sejumlah masalah penting yang tidak sesuai dengan kebutuhan industri. Seperti kurikulum, guru yang terlatih dan sesuai dengan bidang yang diajarnya dan masalah lainnya. Bahkan mencari kepala sekolah yang sesuai jurusan yang dipimpinnya juga tidak mudah. "Konsep link and match harus dipahami bersama dengan posisi yang benar,"katanya. 

Dalam hal ini kepala sekolah juga harus menyiapkan kebutuhan industri dengan benar sehingga kebutuhan suplai dan deman akan terjaga dengan baik. Sehingga bonus demografi yang terjadi di Indonesia akan menjadi berkah. 

Paktisi industri IT, Iwan Setiawan S.Si dari Juke Solusi Teknologi  menilai selain kemampuan teknik, seorang pekerja juga harus memiliki soft skill yang baik. Ketrampilan soft skill itu terlihat dari kemampuan berorganisasi, kerja sama tim, motivasi, tanggung jawab, jujur dan nilai kecerdasan emosional lainnya. Selain tentunya kemampuan tehnical skill yang bisa diperoleh melalui pelatihan atau pendidikan.

Menurutnya, kebutuhan sangat tinggi tenaga kerja khususnya bidang informasi teknologi. namun sayangnya hal itu tidak diimbangi dengan suplai yang sangat rendah.  Sebagai contoh di cyber security yang untuk menguji sistem keamanan sulit, hal yang sama juga terjadi  di bidang jaringan. "Ïndustri IT berkembang dinamis dan cepat sehingga perlu orang yang siap belajar dan mengembangkan diri dengan baik," katanya. 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement