REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kedekatan Kabupaten Gorontalo dan Kabupaten Bone Bolango membuat kuliner dua wilayah tersebut hampir sama. Boga bahari menjadi bahan utama kuliner daerah pesisir tersebut.
Sebelum menggelar "Jelajah Rasa dan Budaya Gorontalo-Bone Bolango" di Jakarta pada Selasa (9/11), tim dari restoran Kaum Jakarta dan Brookland Coffee berangkat ke Gorontalo dan Bone Bolango atas inisiatif dari Lingkar Temu Kabupaten Lestari. Perjalanan kuliner tersebut bertujuan menggali rasa dan bahan baku khas kedua kabupaten tersebut.
Chef Lucky dari Brookland Coffee mengatakan, kedekatan Gorontalo dan Bone Bolango membuat membuat rasa masakan kedua daerah sama. Bahan baku yang digunakannya juga sama.
Tapi ada kekhasan dari Bone Bolango yang tidak ditemukan di Gorontalo, yaitu kopi pinugo. Kopi pinugo bukan sembarang kopi biasa.
Kopi yang tumbuh organik ini berada dalam hutan yang di dataran tinggi Kecamatan Pinogu, Kabupaten Bone Bolango. Untuk mencapainya setidaknya dibutuhkan perjalanan delapan jam menembus hutan di Taman Nasional Bogani Nani Wartabone.
Kopi pinogu mulanya ditanam warga di kawasan enklave taman nasional. Kopinya ditanam secara alami tanpa menggunakan pupuk atau pestisida.
Bila zaman dahulu kopi pinogu dibawa keluar hutan dengan dibopong atas pundak, kini orang mengangkutnya dengan motor dengan menempuh perjalanan berjam-jam lamanya. Konon kopi pinogu sudah ada sejak era VOC Belanda. Chef Lucky mengatakan, kopi pinogu di daerah asalnya disebut juga sebagai kopi perjuangan.
"Karena bawa keluarnya dari hutan susah," katanya, Selasa (9/11).
Pada "Jelajah Rasa dan Budaya Gorontalo-Bone Bolango" di restoran Kaum Jakarta, chef Lucky menyajikan kopi pinogu secara santai. Dia ingin menyajikan kopi yang tidak terlalu strong.
"Karena ini kan sore jelang malam," ujar dia.
Hadirlah kopi pinogu yang diracik cold brew selama 24 jam. Kopi pinogu dingin itu lalu diberi sepotong jeruk untuk menambah aroma ditambah buliran kasar gula aren Gorontalo yang dicampur sedikit parutan kulit lemon di tepian gelas.