Kamis 11 Nov 2021 18:29 WIB

Airlangga Optimistis Capai Target Pertumbuhan di Akhir 2021

Indonesia dapat tumbuh terdorong ekspor dan supercycle dari harga minyak dan nikel.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Friska Yolandha
Aktivitas Pelabuhan Peti Kemas terlihat dari Center Point of Indonesia, Makassar, Sulawesi Selatan, Senin (8/11/2021). Pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh positif pada kuartal III 2021 yaitu sebesar 3,51 persen secara year on year (yoy).
Foto: Antara/Abriawan Abhe
Aktivitas Pelabuhan Peti Kemas terlihat dari Center Point of Indonesia, Makassar, Sulawesi Selatan, Senin (8/11/2021). Pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh positif pada kuartal III 2021 yaitu sebesar 3,51 persen secara year on year (yoy).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh positif pada kuartal III 2021 yaitu sebesar 3,51 persen secara year on year (yoy). Hal ini mengindikasikan, pemulihan ekonomi Indonesia tetap berlanjut dan terjadi resiliensi di tengah lonjakan kasus positif Covid-19 pada periode tersebut.

“Pada kuartal II kasus aktif Covid-19 lebih rendah dibanding kuartal III 2021. Kita ketahui bersama pada kuartal III tahun 2021 kita melakukan pengereman dengan PPKM karena angka kasus harian Covid-19 yang tinggi sampai 574.315 kasus per hari," ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam keterangan resmi, Kamis (11/11).

Baca Juga

Meski begitu, lanjutnya, Indonesia masih bisa tumbuh positif terdorong oleh ekspor yang mencapai 29,16 persen yoy dan impor 30,1 persen yoy. Ia mengatakan, beberapa sektor memiliki resiliensi cukup baik pada kuartal III 2021.

Industri pengolahan tumbuh di atas pertumbuhan ekonomi yaitu 3,68 persen, pertanian juga mengalami pertumbuhan, demikian pula kegiatan terkait properti.

“Ini membuktikan kebijakan PPnBM (Pajak Penjualan atas Barang Merah) mempunyai impact kepada sektor riil baik pengolahan maupun di sektor real estate,” jelas Airlangga. 

Selain itu, sektor yang tumbuh tinggi dibantu juga oleh supercycle harga komoditas yaitu pertambangan yang tumbuh 7 persen, kesehatan tumbuh 14 persen, dan perdagangan masih bertahan di 9 persen.

“Kita sangat terbantu oleh supercycle dari harga Minyak, CPO, Nikel, Tembaga, alumunium dan karet yang naik. Jadi ekspor kita terbantu juga oleh harga-harga komoditas tersebut sehingga kita masih bisa bertahan di 3,5 persen,” tutur dia.

Sementara, guna mendorong pertumbuhan konsumsi rumah tangga, Menko Airlangga menjelaskan, domestic demand bergantung pada mobilitas. Seluruh provinsi saat ini berada pada level 1 dan 2. 

Hal ini tentu ini sangat mempengaruhi mobilitas. Diharapkan masyarakat tetap waspada dan disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan agar Covid-19 bisa terkendali dan pertumbuhan ekonomi bisa terus berlanjut.

“Indeks Keyakinan Konsumen per Oktober 2021 sudah masuk dalam fase optimistis atau berada pada angka 113,4, lebih tinggi dibandingkan 95,5 pada September 2021. Penjualan eceran juga sudah naik ke 5,2 sehingga tentu dari segi sisi itu kita terlihat cukup baik. Kemudian kita lihat PMI Manufaktur juga sudah berada pada 57,2. Jadi sebetulnya optimismenya ada," tutur Airlangga.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement