REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter Spesialis Penyakit Dalam yang juga Vaksinolog, Dirga Sakti Rambe mengakui, informasi yang keliru atau hoaks masih menjadi tantangan vaksinasi untuk lanjut usia (lansia). Menurut Dirga, pada zaman digital sekarang ini, hoaks memang tidak terhindarkan, bukan hanya di Indonesia melainkan menjadi fenomena global.
Nntuk menangkal hoaks, dokter dan ilmuwan semua diharapkan ‘turun gunung’ untuk membanjiri media sosial dan media konvensional dengan berita yang benar dan kredibel. “Salah satu kendala vaksinasi lansia adalah hoaks yang beredar sehingga harus di-counter,” kata dia dalam diskusi daring, Kamis (11/11).
Perihal anggapan bila anggota keluarga lain sudah divaksin maka lansia tidak memerlukan, Dirga tegas memastikan itu hal yang salah. Ia juga menegaskan, lansia lebih banyak di rumah sehingga tidak perlu vaksinasi juga pemahaman yang salah.
"Mereka memang di rumah, namun yang muda-muda kan keluar rumah dan bisa tertular dan membawa pulang virus. Nobody is safe until everyone is safe (tidak ada yang aman sampai semua orang telah aman),” tegas Dirga.
Dirga menekankan, usia lanjut dengan berbagai penyakitnya justru yang harus divaksinasi agar terlindungi. Selain itu, tidak ada batasan usia lansia untuk vaksinasi, batasannya adalah kriteria medis. "Bagi kakek nenek orang tua kita bawa dulu ke tempat vaksinasi. Nanti petugas yang akan tentukan layak atau tidak untuk vaksinasi. Jangan menyerah dulu,” kata dia.
Dokter Dirga juga menjelaskan, bagi lansia dengan penyakit apapun, termasuk sakit kronis seperti gula darah tinggi, ginjal, kanker, jantung asalkan penyakitnya terkontrol, seperti rutin berobat dan tidak ada keluhan berarti, maka boleh divaksin dengan rekomendasi dokter. Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi mengungkapkan, hingga saat ini, baru 43 persen sasaran vaksinasi lansia mendapatkan dosis pertama.
Hal ini justru berbanding terbalik dengan capaian vaksinasi secara umum, di mana 61 persen sasaran sudah tervaksinasi, sehingga kurang sekitar 40 persen yang harus dikejar.
"Targetnya, minimal dosis pertama dikejar sampai akhir Desember 2021. Karena kita tahu, kesakitan dan kematian pada usia di atas 59 tahun meningkat 6-7 kali lebih tinggi daripada non lansia,” tuturnya.