Jumat 12 Nov 2021 04:20 WIB

Beda Sukarno-Natsir, Pujian untuk Attaturk, dan Pancasila

Sukarno dan Natsir berbeda pendapat terkait bentuk negara Indonesia

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Nashih Nashrullah
Sukarno dan Natsir berbeda pendapat terkait bentuk negara Indonesia. Ilustrasi Pancasila dan Agama
Foto: Republika/Thoudy Badai
Sukarno dan Natsir berbeda pendapat terkait bentuk negara Indonesia. Ilustrasi Pancasila dan Agama

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA –  Pancasila sebagai dasar negara merupakan kesepakatan suci atau mitsaqan ghalidha bangsa Indonesia setelah melalui debat panjang yang bermutu tinggi.    

Menurut Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Mahfud MD, perdebatan yang paling bermutu ialah perdebatan antara dua tokoh Islam, yakni Sukarno dan M Natsir.

Baca Juga

"Perdebatan yang paling menonjol dan bermutu adalah perdebatan dua tokoh Islam yakni Soekarno dan Natsir sejak akhir 1930-an," ungkap Mahfud lewat keterangannya kepada Republika.co.id, Kamis (11/11).

Mahfud menilai, keduanya sama-sama merupakan tokoh dan pejuang Islam. Keduanya, kata dia, hanya berbeda dalam meletakkan hubungan antara Islam dan negara ketika Indonesia akan merdeka kala itu.

Keduanya pun dia lihat sama-sama ingin melihat umat Islam maju di dalam negara yang juga maju. "Semula, Sukarno ngotot mendirikan negara sekuler Indonesia sedangkan Natsir ingin negara Islam. Tapi akhirnya keduanya mencapai persetujuan yang indah, yakni, lahirnya negara kebangsaan Indonesia yang berketuhanan atau religious nation state," kata Mahfud. 

Mantan ketua Mahkamah Konstitusi itu pun meringkas perdebatan Sukarno-Natsir yang menjadi debat seluruh warga bangsa itu. Mahfud memulai ringkasan itu dari 1938, sepuluh tahun setelah Sumpah Pemuda yang bertekad mendirikan negara merdeka.

Baca juga: Sempat Kembali Ateis, Mualaf Adam Takjub Pembuktian Alquran

 

Ketika itu, kata dia, Sukarno secara tiba-tiba membuat serangkaian tulisan di Majalah Panji Islam yang isinya memuji-muji Kemal Attaturk yang telah mengubah Turki dari negara Islam menjadi negara sekuler. 

Menurut Mahfud, Bung Karno saat itu menyatakan negara harus dipisahkan dari agama agar keduanya sama-sama maju seperti yang dilakukan oleh Kemal Attaturk.

Baca juga:Tiga Perangai Buruk dan Tiga Sifat Penangkalnya  

"Tulisan-tulisan Sukarno itu dibantah Natsir dengan argumen yang tak kalah hebat. Kata Natsir, justru negara itu harus menyatu dengan agama. Islam, kata Natsir, bisa menyediakan semua perangkat yang dibutuhkan oleh negara modern sehingga kalau kita mau mendirikan negara merdeka Indonesia maka dasarnya yang tepat adalah Islam," jelas Mahfud.

Mahfud menilai debat itu...

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement