Jumat 12 Nov 2021 10:03 WIB

COP26 akan Berakhir, Mungkinkah Kesepakatan Iklim Terjadi?

KTT iklim memasuki hari terakhir, Jumat (12/11).

Rep: Idealisa masyrafina/ Red: Dwi Murdaningsih
Salah satu kartu pos dipajang dalam aksi Greenpeace Indonesia di kawasan Monumen Nasional, Jakarta, Rabu (10/11/2021). Aksi mengantarkan 1.000 kartu pos dari masyarakat seluruh Indonesia kepada Presiden Joko Widodo yang disertai patung es seorang anak tersebut untuk mengingatkan adanya ancaman besar perubahan iklim.
Foto: ANTARA/Sigid Kurniawan
Salah satu kartu pos dipajang dalam aksi Greenpeace Indonesia di kawasan Monumen Nasional, Jakarta, Rabu (10/11/2021). Aksi mengantarkan 1.000 kartu pos dari masyarakat seluruh Indonesia kepada Presiden Joko Widodo yang disertai patung es seorang anak tersebut untuk mengingatkan adanya ancaman besar perubahan iklim.

REPUBLIKA.CO.ID, GLASGOW -- KTT iklim COP26 di Glasgow memasuki hari terakhirnya. Kesepakatan untuk membatasi pemanasan global hingga 1,5 derajat Celcius tidak mungkin tercapai.

Sekretaris Jenderal PBB António Guterres dengan blak-blakan mengatakan bahwa tujuannya adalah pada penopang kehidupan. Dia mengatakan KTT mungkin tidak akan melihat pemerintah membuat janji yang diperlukan untuk mengurangi emisi CO2 dengan cukup.

Baca Juga

Sebelumnya, Presiden COP26 Alok Sharma memperingatkan bahwa waktu hampir habis untuk menutup kesepakatan sebelum KTT berakhir.

Para ilmuwan mengatakan membatasi kenaikan suhu global hingga 1,5 C akan membantu umat manusia menghindari dampak iklim terburuk. Di Paris pada tahun 2015, para pemimpin dunia berjanji untuk mencoba menjaga dunia dari pemanasan lebih dari antara 1,5C hingga 2C melalui pengurangan emisi gas rumah kaca. Proyeksi terbaru adalah suhu Bumi akan naik 2,7C.

Guterres memperingatkan bahwa janji untuk mengurangi emisi tidak ada artinya sementara pemerintah terus berinvestasi dalam bahan bakar fosil. "Janji-janji menjadi hampa ketika industri bahan bakar fosil masih mendapat subsidi triliunan," katanya dilansir di BBC, Jumat (12/11).

Dia menyebut pengumuman yang dibuat sejauh ini di Glasgow jauh dari cukup. "Kami tahu apa yang harus dilakukan. Namun, harapan tetap sampai saat terakhir," ucap dia.

Sementara itu, Sharma meminta para negosiator untuk menemukan solusi atas masalah-masalah sulit sebelum penutupan resmi KTT yang dijadwalkan pada pukul 18:00 GMT.

 

Sharma juga mengatakan lebih banyak pekerjaan diperlukan pada Pasal 6, yaitu tentang pasar karbon dan bagaimana negara-negara menyeimbangkan penggunaan bahan bakar fosil mereka.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement