REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Kementerian Luar Negeri Palestina mengatakan telah mendeteksi spyware yang dikembangkan oleh perusahaan Israel NSO Group pada telepon tiga pejabat senior, Kamis (11/11). Palestina menuduh Israel menggunakan perangkat lunak Pegasus tingkat militer untuk menguping mereka.
Asisten menteri luar negeri Palestina untuk urusan politik, Ahmed al-Deek, mengatakan sebuah lembaga profesional Palestina memeriksa beberapa telepon dan mendeteksi Pegasus pada tiga pejabat. Belum ada kejelasan apakah hasil identifikasi tersebut telah diverifikasi oleh peneliti luar.
"Kami 100 persen yakin bahwa ketiga ponsel ini diretas. Mereka milik pejabat senior," kata al-Deek.
Sebuah pernyataan Kementerian Luar Negeri menyalahkan Israel atas peretasan tersebut. Mereka menyebutnya sebagai pelanggaran terang-terangan dan tidak bermoral terhadap hukum internasional dan mendesak boikot internasional terhadap semua pihak yang terlibat.
Pejabat Israel tidak segera menanggapi permintaan komentar atas klaim itu. NSO Group menolak mengomentari tuduhan spesifik tersebut dengan mengatakan tidak mengungkapkan kliennya dan tidak memiliki informasi tentang individu yang mereka targetkan.
Pengumuman Kementerian Luar Negeri menandai pertama kalinya pejabat Palestina mengklaim perangkat lunak NSO digunakan untuk memata-matai mereka. Awal pekan ini, perangkat lunak terdeteksi di telepon enam aktivis hak asasi manusia Palestina. Tiga di antaranya bekerja untuk organisasi masyarakat sipil yang secara kontroversial dicap Israel sebagai kelompok teroris.
NSO Group mendapat kecaman dalam beberapa tahun terakhir setelah perangkat lunaknya ditemukan di telepon para aktivis hak asasi, jurnalis, pembangkang, dan tokoh masyarakat lainnya dari Meksiko hingga Arab Saudi. Pemerintah Presiden Amerika Serikat Joe Biden bergerak untuk membatasi akses perusahaan ke teknologi AS awal bulan ini. AS mengatakan Pegasus telah digunakan untuk melakukan penindasan transnasional.