Jumat 12 Nov 2021 18:26 WIB

PM Israel ke Media Kristen: Radikal Islam Mau Dominasi Dunia

PM Bennett tegaskan bahwa Yerusalem merupakan jantung Israel yang berdetak.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Teguh Firmansyah
Perdana Menteri Israel Naftali Bennett.
Foto: AP/Sebastian Scheiner/Pool AP
Perdana Menteri Israel Naftali Bennett.

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Perdana Menteri Israel Naftali Bennett menyatakan Iran ingin mendominasi dunia melalui gerakan ekstremisme Islam. Tuduhan itu disampaikan selama KTT Media Kristen tahunan ketujuh Organisasi Pers Pemerintah pada Kamis (11/11).

"Di sini, di Israel, kami memerangi musuh yang sangat terlihat, Islam militan radikal," Bennett memperingatkan dalam pesan yang telah direkam sebelumnya, yang dikirim ke konferensi virtual.

Baca Juga

"Teror yang dimulai di Teheran berusaha untuk menghancurkan Israel, mendominasi dunia, dan mendorongnya ke jurang yang gelap," ujarnya dilansir Jerusalem Post.

Bennett mengatakan bahwa orang tidak boleh membunuh atau menyebarkan perang dan kebencian atas nama Tuhan kehidupan, kedamaian, dan cinta. Menurutnya, satu-satunya tempat di Timur Tengah yang melindungi orang Kristen adalah Israel.

"Komunitas Kristen tumbuh, berkembang, dan makmur. Lebih dari sebelumnya, Israel bersatu dengan orang-orang Kristen. Kami bersaudara. Kami bersatu. Kami tidak akan membiarkan siapa pun memadamkan cahaya kami," kata Bennett.

Bennett berterima kasih kepada orang-orang Kristen karena membela Israel dan kebenaran. Dia mengutip tema pertemuan "Abraham Accords", yang disebut Bennett sebagai fajar baru bagi kedudukan Israel di wilayah tersebut.

Kesepakatan itu meningkatkan stabilitas dan kemakmuran regional. "Sama seperti pintu kemah Abraham terbuka, pintu Israel terbuka untuk masa depan yang lebih baik dan lebih cerah," kata perdana menteri.

Menurut Bennett penting keberadaan Yerusalem bagi orang Kristen dan Yahudi. "Yerusalem adalah jantung Israel yang berdetak, dan hati kami berdetak dengan cinta untuk Yerusalem dan Negara Israel," katanya.

Presiden Israel Isaac Herzog memuji Abraham Accords sebagai konsekuensi dari budaya toleransi dan menghormati agama yang berbeda di Israel, Uni Emirat Arab (UEA), dan Bahrain. "Keyakinan bersama mereka bahwa jalan menuju perdamaian dan masa depan yang lebih cerah terletak pada kerja sama, bukan daripada konflik, dalam dialog, menggantikan ketidakpercayaan,"  katanya.

Herzog juga memperingatkan tentang meningkatnya antisemitisme dan delegitimasi Israel. Dia mengatakan Israel dapat mengandalkan sekutu Kristennya untuk menjadi mitra dalam upaya melawan kebohongan dan menyebarkan kebenaran tentang Israel, serta menjadi mitra dalam mempromosikan semangat perdamaian Abraham Accords.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement