REPUBLIKA.CO.ID, DHAKA -- Perdana Menteri (PM) Bangladesh, Sheikh Hasina telah meminta para pemimpin global untuk bertindak serius dalam memfasilitasi pemulangan awal dan aman para pengungsi Rohingya ke tanah air mereka di Myanmar. Lebih dari 750 ribu pengungsi Rohingya diyakini melarikan diri ke Bangladesh akibat penindasan di negara asa..
"Dunia harus bertindak serius untuk memastikan bahwa orang-orang ini (Rohingya) dapat segera kembali ke Myanmar," kata Hasina Kamis sore di Paris pada Paris Peace Forum Edisi Keempat, dilansir dari Anadolu Agency, Jumat (12/11).
Pidatonya di forum tersebut, yang juga dihadiri oleh Wakil Presiden AS Kamala Harris dan para pemimpin dunia lainnya, serta disiarkan langsung oleh media swasta. Pemimpin Bangladesh saat ini berada di Prancis dalam kunjungan kenegaraan selama lima hari.
Menurutnya, penundaan pemulangan damai dan bermartabat Muslim Rohingya yang teraniaya ke negara mereka merupakan krisis untuk seluruh wilayah. "Kami sudah melihat tanda-tanda itu," kata dia.
Di atas satu juta orang Rohingya tanpa kewarganegaraan telah tinggal di tenda-tenda darurat yang kumuh di distrik Cox's Bazar selatan negara itu selama bertahun-tahun.
Menurut Amnesty International, lebih dari 750 ribu pengungsi Rohingya, banyak di antaranya adalah wanita, dan anak-anak melarikan diri dari Myanmar dan menyeberang ke Bangladesh. Mereka melarikan diri setelah pasukan militer Myanmar melancarkan tindakan brutal terhadap komunitas minoritas Muslim pada Agustus 2017, mendorong jumlah orang yang dianiaya di Bangladesh di atas 1,2 juta.
Menurut laporan oleh Badan Pembangunan Internasional Ontario (OIDA), sejak 25 Agustus 2017, hampir 24 ribu muslim Rohingya telah terbunuh sementara lebih dari 34 ribu dilemparkan ke dalam api, lebih dari 114 ribu dipukuli, sebanyak 18 ribu perempuan dan gadis Rohingya diperkosa, lebih dari 115 ribu rumah Rohingya dibakar dan 113 ribu lainnya dirusak oleh pasukan tentara Myanmar.
Hasina menambahkan, bahwa Bangladesh telah melindungi sementara warga Myanmar yang dipindahkan secara paksa untuk menghindari krisis regional yang besar. Sebelumnya, dia meminta Presiden Prancis Emmanuel Macron dan menekankannya untuk membawa masalah Rohingya ke Dewan Keamanan PBB, di mana Prancis adalah anggota tetap.