REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Matahari akan terbit lebih cepat jika diamati dari Jawa, bali dan Nusa Tenggara. Bagaimana ini terjadi?
Dilansir dari website Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (LAPAN) fenomena ini berhubungan dengan deklinasi matahari yang bervariasi dalam satu tahun. Deklinasi adalah sudut yang terbentuk antara garis khatulistiwa dengan ekliptika.
Selain itu ada faktor orbit Bumi yang tidak berbentuk lingkaran sempurna melainkan elips dengan kelonjongan 1/60. Ini dapat membuat interval dua transit matahari yang berurutan (disebut juga 1 hari surya) tidak selalu seragam 24 jam melainkan 23 jam, 59 menit dan 40 detik hingga 24 jam 0 menit 30 detik. Akumulasi dari selisih antara 1 hari tropis (24 jam) dan 1 hari surya yang kemudian disebut sebagai perata waktu.
Selain itu, matahari akan terbit semakin awal bagi pengamat di bagian selatan jika menggunakan waktu sejati. Dua kombinasi ini, perata waktu dan waktu terbit matahari menyebabkan matahari terbit lebih cepat bagi belahan selatan, seperti Jawa, Bali dan Nusa Tenggara.
Sebagai contoh, di Jakarta pada 13 November matahari akan terbit pada 05.25.09 WIB. Di Semarang, pada 14 November akan terbit pada 05.09.49 WIB. Di Yogyakarta pada 15 November matahari akan terbit pada 05.08.57.
Di Ende, pada 16 Novemver matahari akan terbit pada 05.22.19 WITA. Di Kupang, pada 18 November mataharu akan terbit pada 05.12.39 WITA.