Sabtu 13 Nov 2021 07:42 WIB

Kemenkes: Pemerintah Sediakan Obat Tuberkulosis Gratis 

Pemerintah imbau warga yang terkena TB segera ke Puskesmas

Rep: Rr Laeny Sulistyawati / Red: Nashih Nashrullah
Pemerintah imbau warga yang terkena TB segera ke Puskesmas. Ilustrasi Tuberkulosis.
Foto: Reuters
Pemerintah imbau warga yang terkena TB segera ke Puskesmas. Ilustrasi Tuberkulosis.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Penularan penyakit tuberkulosis (TB) masih terjadi di Indonesia. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengatakan, pemerintah memiliki program pengobatan TB dan obatnya bisa diperoleh secara gratis, baik TB sensitif maupun resisten obat (MDR).    

"Di program TB,  kami sediakan obat secara gratis, baik yang sensitif selama enam bulan, atau resisten obat hingga 20 bulan. Obat ini bisa didapatkan di rumah sakit maupun pusat kesehatan masyarakat (puskesmas)," ujar Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi, saat berbicara di konferensi virtual bertema Hari Kesehatan Nasional: Terapi Pencegahan Tuberkulosis, Jumat (12/11).

Baca Juga

Jadi, Kemenkes meminta kalau masyarakat dinyatakan menderita TB maka segera datang ke puskesmas. Kemudian, nanti akan mendapatkan obat gratis yang terdiri dari empat jenis yang merupakan kombinasi antibiotik jenis rifampisin, isoniazid, pirazinamid, ethambutol, dan streptomisin. 

Dia menjelaskan, kuatnya kuman TB membuat dibutuhkan empat jenis obat. Terkait banyaknya obat yang harus diminum, hal itu berdasarkan berat badan. Kemudian kalau berat badan bertambah, obat yang diminum semakin banyak. 

Dia mengingatkan, obat ini harus diminum setiap hari dan tidak boleh putus berobat. Jika obat tidak teratur dikonsumsi atau putus pengobatan sebelum enam bulan, enderita bisa alami TB resisten.  

Akibatnya, kata dia, penderita TB resisten harus menjalani pengobatan lebih lama hingga 20 bulan. "Makanya jangan sampai lolos lagi dan tak rutin minum obat," ujarnya. 

Tak hanya obat cuma-cuma, ujar dia, pemerintah bekerja sama dengan partner seperti Stop TB Partnership Indonesia untuk memberikan dukungan mendampingi pasien TB kalau ada efek samping selama meminum obat.

Pengawas ini, menurut dia, memotivasi penderita TB untuk terus meminum obat hingga selesai serta mendampingi kalau terjadi efek samping seperti mual atau air kencing yang berwarna merah.  

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement