Sabtu 13 Nov 2021 10:52 WIB

Krisis Pengungsi di Belarusia-Polandia, Apa Penyebabnya?

Ribuan pengungsi di perbatasan Belarusia-Polandia terjebak dalam kondisi mengenaskan

Rep: Lintar Satria/ Red: Christiyaningsih
Ribuan imigran yang terjebak di perbatasan Belarusia berebut bantuan kemanusiaan di Grodno, Belarusia, 11 November 2021. Ribuan pengungsi di perbatasan Belarusia-Polandia terjebak dalam kondisi mengenaskan dan frustrasi.
Foto: EPA
Ribuan imigran yang terjebak di perbatasan Belarusia berebut bantuan kemanusiaan di Grodno, Belarusia, 11 November 2021. Ribuan pengungsi di perbatasan Belarusia-Polandia terjebak dalam kondisi mengenaskan dan frustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, MINSK - Ribuan imigran yang berharap dapat masuk ke negara-negara Eropa barat terjebak di perbatasan Belarusia dan Polandia. Mereka mendirikan tenda-tenda di perbatasan sementara pasukan keamanan Polandia mengawasi mereka dari belakang kawat berduri dan mencegah mereka masuk.

Dikutip dari Global News, Jumat (12/11) penyebab krisis ini dimulai Agustus 2020 ketika Belarusia diguncang unjuk rasa massal memprotes hasil pemilu yang dimenangkan Presiden Alexander Lukashenko untuk keenam kalinya. Oposisi dan negara-negara Barat menolak hasil tersebut karena yakin diktator itu mencurangi pemilihan.

Baca Juga

Pihak berwenang Belarusia merespons demonstrasi dengan penindakan kejam. Lebih dari 35 ribu orang ditangkap dan ribuan lainnya dipukuli polisi.

Uni Eropa dan Amerika Serikat (AS) menanggapi brutalitas itu dengan memberikan sanksi pada pemerintah Lukashenko. Sanksi semakin diperkuat setelah Mei lalu Belarusia mengalihkan pesawat dari Yunani ke Lithuania untuk mendarat di Minsk demi menangkap jurnalis Raman Pratasevich.

Uni Eropa mengatakan tindakan tersebut merupakan pembajakan di udara. Uni Eropa kemudian melarang maskapai Belarusia terbang di Eropa dan memotong impor utama negara itu seperti produk-produk petroleum dan kalium karbonat, bahan pupuk.

Lukashenko yang geram mengatakan tidak lagi mematuhi kesepakatan menahan imigrasi ilegal. Menurutnya, sanksi-sanksi Uni Eropa menghilangkan pemasukan yang digunakan menahan gelombang imigran.

Pesawat-pesawat imigran dari Irak, Suriah, dan negara-negara lain tiba di Belarusia. Mereka segera diarahkan ke perbatasan Polandia, Lithuania, dan Latvia. Salah satu oposisi pemerintah Pavel Latushka mengatakan agen pariwisata yang dikendalikan negara terlibat dalam menawarkan visa untuk membantu imigran dan membawa mereka ke perbatasan.

Uni Eropa menuduh Lukashenko menggunakan imigran sebagai pion dalam 'serangan hibrid' terhadap lembaga beranggotakan 27 negara itu. Lukashenko membantah mendorong gelombang imigran dan mengatakan Uni Eropa melanggar hak imigran karena menolak mereka masuk dengan aman.

Selama musim panas, Lithuania menerapkan masa darurat untuk menghadapi sekelompok kecil imigran serta memperkuat perbatasan mereka dengan Belarusia. Negara itu mendirikan tenda-tenda untuk mengakomodasi semakin banyaknya jumlah imigran.

Pekan ini kelompok besar imigran berkumpul di perbatasan Polandia dan pihak berwenang di Warsawa mengirimkan polisi anti huru-hara dan pasukan lain untuk memperkuat keamanan perbatasan. Pihak berwenang Polandia memperkirakan sekitar 3.000 hingga 4.000 orang di sana.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement