PT Telekomunikasi Indonesia Tbk melalui Telkom Corporate University (Corpu) yang memotori Indonesia Telecommunication and Digital Research
Institut (ITDRI) bersama Perum Produksi Film Negara (PFN) terus berupaya memberikan dampak lebih besar kepada industri digital dan konten.Â
Senior General Manager Telkom CorpU sekaligus Chairman ITDRI, Jemy V. Confido, mengatakan, upaya tersebut dilakukan karena potensi bisnis industri tersebut sangatlah menjanjikan.
Baca Juga: Sinergi Telkom Indonesia dengan KONI untuk Kemajuan Sektor Olahraga Nasional
"Market size bisnis digital dan konten itu secara global mencapai Rp 2.780 triliun digital content pada 2025, atau tumbuh 5 persen dari capaian 2019 sebesar Rp 2.230 triliun," katanya dalam webinar ITMLI (Indonesia Telecommunication & Media Learning Institute) Series 2 "Inspiring Youth : Create The New Opportunity through Digital Media & Content", secara virtual, Sabtu (13/11/2021)
Menurutnya, jika ditambah valuasi bisnis media, nilainya lebih besar lagi yakni mencapai Rp5.990 triliun. Di era pandemi, bisnis ketiganya (digital, konten, dan media) mengalami konvergensi sehingga malah makin banyak peminatnya.Â
Content, creativity, digital, media, itu adalah kata-kata yang sering bercampurbaur dan menghasilkan potensi luar biasa tidak peduli di era pandemi. Maka sangat tepat jika Perum PFN & Telkom Indonesia terus menggali bisnis terkait.Â
"Mulai dari membangun talenta, inovasi yang ditopang riset, dan tentu diharapkan menghasilkan produk berbasis ekosistem serta kemandirian negara dengan memanfaatkan teknologi digital,"ujarnya
ITMLI Webinar Series 2 tersebut menghadirkan kreator konten Raditya Dika dan Creativepreneur Keenan Pearce. Sebelumnya, ITMLI Webinar Series Episode 1 bertajuk Investing in Digital & Creative Industry dengan pembicara Menteri Perdagangan RI 2011-2014, Gita Wirjawan dan Director of Innovation and Entrepreneurship at CIEL SBM ITB, Yulianto Suharto.Â
Webinar ini direncanakan dilakukan hingga episode 6 dengan puncaknya adalah ITDRI Festival yang digelar pada Desember 2021 mendatang. Seluruhnya bisa diakses masyarakat Indonesia melalui platform milik Telkom CorpU yaitu myDigiLearn dan Smarteye Virtual Convention Center.Â
Adapun, Dirut Perum PFN, Judith J. Dipodiputro, mengatakan, perkembangan teknologi yang ada dan pertumbuhan konten yang terus naik telah membuat industri konten hampir menjadi salah satu kebutuhan pokok manusia sekalipun belum sekuat pangan.Â
"Oleh karena itu kita perlu segera bergerak secara cepat untuk bisa menunggangi ombak yang terus bergerak dan membesar. Dengan kerjasama Perum PFN dan PT Telkom melalui ITMLI dan ITDRI turut berkontribusi dan berkomitmen untuk mempersiapkan SDM Indonesia menjadi professional dengan sertifikasi dan kompetensi yang diakui dan dapat diterima di berbagai belahan dunia," jelasnya.
Hal tersebut juga sejalan visi transformasi Perum PFN untuk menjadi perusahan umum milik negara yang bergerak dalam pembiayaan, produksi, dan perdagangan Hak Kekayaan Intelektual dalam bentuk film dan konten untuk mengisi pasar domestik dan global.Â
Pada kesempatan yang sama, Asisten Deputi Bidang Teknologi dan Informasi Kementerian BUMN, Imam Bustomi mengatakan, sisi kreatif harus dimulai dari diri sendiri.Â
"Siapapun berhak menjadi master, dan seorang master harus menghasilkan masterpiece. Dan digital transformation ini harus dimulai dari kreativitas individunya, bukan selalu dari teknologinya," katanya.Â
Menurutnya, guna meraih potensi bisnis pasar digital, konten, dan media yang demikian gemuk tadi, cara lama hrs ditinggalkan. Seperti harus aktif menjadi produsen, merubah pola pikir menjadi digital mindset, mengkreasi produk yang lebih cepat lebih baik, harus mau cepat belajar, serta harus selalu relevan dengan kondisi masyarakat.Â
Dia menilai, baik Raditya Dika maupun Keenan Pierce, keduanya memberikan paparan presentasi menarik dan membuka sisi kreativitas ratusan audiens pada siang tersebut. Terutama terkait kemampuan menyajikan konten secara atraktif, sekalipun orang menilai hal tersebut sulit dilakukan.Â
"Saya contohkan satu saluran di Youtube yang subscribernya hampir 5 juta, itu kerjaannya hanya review semua jenis sikat gigi. Kurang bagaimana sempit itu, tapi karena disajikan menarik, malah banyak yang menunggu videonya. Jadi, ini tentang bagaimana menyajikannya bukan apa yang disajikan," pungkasnya.