REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti Center for Strategic and International Studies (CSIS), Arya Fernandes, mengatakan, Presiden Joko Widodo (Widodo) masih memiliki pengaruh cukup besar terhadap publik. Karena itu, ia memprediksi Jokowi akan netral dalam pilpres 2024 mendatang.
"Dugaan saya dengan situasi sekarang dengan ada sejumlah kandidat yang dekat sekali dengan pak presiden, baik di kabinet, kabinet kan banyak ada Airlangga, Erick, Sandi. Di luar (kabinet) Ganjar kader PDIP, Bu Puan segala macam," kata Arya dalam diskusi daring, Ahad (14/11).
"Jadi dengan segala variasi yang banyak itu saya menduga Pak Jokowi akan netral, dan mungkin support semuanya," ujarnya.
Menurutnya, jika Jokowi menunjukan keberpihakannya, hal itu diprediksi akan mempunyai pengaruh di sisi publik. Apalagi, hasil survei Development Technology Strategy (DTS) menyebut 30,5 persen pemilih loyal akan tetap memilih Jokowi jika Jokowi maju kembali sebagai capres.
"Meski UU tidak membolehkan tiga periode, mereka tetap akan pilih Jokowi," ungkapnya.
Arya menilai keberpihakan Jokowi terhadap salah satu kandidat akan sangat menentukan. Hal tersebut mengingat popularitas Jokowi masih tinggi. Begitu juga basis loyal Jokowi yang juga masih tinggi.
"Positioning Pak Jokowi di pilpres itu akan menentukan naik turun perolehan seorang calon. Pertama isu, kedua generasi z, kemudian formasi calon, kemudian debat capres, pencapaian di pemerintahan, dan dukungan parpol," jelasnya.