Ahad 14 Nov 2021 19:22 WIB

Tiga Kondisi Banjir yang Dikhawatirkan Anies

Kondisi geografis DKI di pesisir pantai, perlu antisipasi kondisi air laut pasang.

Rep: Eva Rianti/Antara/ Red: Bilal Ramadhan
Anak-anak bermain air di Pelabuhan Kali Adem yang terkena banjir rob di Jakarta, Jumat (12/11/2021). Banjir rob yang melanda kawasan tersebut sejak sepekan kemarin mulai berangsur surut.
Foto: ANTARA/Indrianto Eko Suwarso
Anak-anak bermain air di Pelabuhan Kali Adem yang terkena banjir rob di Jakarta, Jumat (12/11/2021). Banjir rob yang melanda kawasan tersebut sejak sepekan kemarin mulai berangsur surut.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan ada tiga hal situasi penting yang harus diantisipasi dari terjadinya banjir di Ibu Kota. Ketiganya yakni banjir rob di kawasan utara Jakarta, curah hujan ekstrem lokal, dan hujan ekstrem di kawasan pegunungan.

"Jakarta berlokasi di pesisir pantai di utara ada lautan, dan di selatan adalah pegunungan, maka ketika terjadi hujan ekstrem di kawasan ini, maka tiga front harus diantisipasi," ujar Anies dalam acara kesiapsiagaan menghadapi bencana dampak fenomena La Nina di kawasan Taman Waduk Pluit, Jakarta Utara, Ahad (14/11).

Baca Juga

Dia menjelaskan, situasi pertama yakni terkait adanya banjir rob. Dengan kondisi geografis Jakarta yang berada di pesisir pantai, perlu dilakukan antisipasi kondisi air laut yang menjadi pasang.

"Front pertama adalah pesisir pantai, ketika permukaan air laut meningkat, maka ada kawasan-kawasan di Jakarta yang berpotensi mengalami rob. Ini front pertama yang harus diantisipasi," jelasnya.

Lalu, situasi kedua adalah hujan ekstrem lokal atau hanya sebagian wilayah Jakarta. Anies mengatakan, hujan ekstrem di Jakarta harus diantisipasi mengingat sistem drainase di kawasan strategis hanya memiliki ambang batas untuk menampung hingga 100 mili meter (mm) hujan per hari.

"Awal tahun ini kita mengalami 270 mm, tahun 2020 bulan Januari 377 mm, jadi kita pernah mengalami lebih dari dua kali kapasitas, bahkan pernah hampir empat kali kapasitas. Karena itu, pasti akan terjadi genangan. Ini front kedua yang harus dihadapi, di dalam kota ketika hujan lokal intensif," tuturnya.

Selanjutnya, situasi ketiga yakni hujan ekstrem di pegunungan. Anies menuturkan, Jakarta merupakan satu-satunya kota di Pulau Jawa yang dilewati 13 sungai dari pegunungan, sehingga air dari kawasan hulu akan mengalir ke sungai-sungai di Jakarta.

"Bila volume air yang masuk ke Jakarta melampaui kapasitaa sungai kita, maka terjadi luberan ke kanan kiri sungai," kata dia.

Anies menyebutkan, sungai di Jakarta memiliki kemampuan menampung air 2.300 meter kubik per detik. Sementara Sungai Ciliwung berkapasitas 600 meter kubik per detik.

Sehingga, Anies mengatakan, sungai di Jakarta tidak bisa menampung air melebihi batas kemampuannya, seperti air yang pernah datang dari pegunungan mencapai hingga 3.300 meter kubik per detik.

"Tiga front ini untuk kita semua ketika berbicara tentang bersiaga konkrit yang mau disiagakan dimana persiapannta apa langkahnya apa, siaga bukan soal upacara siaga bukan soal menyiapkan alat-alat, siaga adalah soal antisipasi untuk menyelamatkan. Artinya disiapkan pesisir pantai, di tengah kota, dan kawasan kanan kiri sungai karena kita akan berhadapan dengan tiga front secara bersamaan," terangnya.

Bantuan Korban Banjir

Sementara, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lebak, Provinsi Banten menyalurkan bantuan sembilan bahan pokok untuk warga yang terdampak bencana banjir pekan lalu.

"Bantuan sembako itu guna meringankan beban ekonomi mereka, " kata Kepala Seksi Kedaruratan dan Logistik BPBD Lebak, Agus Riza Faizal di Lebak, Ahad.

Penyaluran bantuan logistik itu bagi masyarakat yang terkena musibah banjir sebanyak 218 kepala keluarga (KK) tersebar di Kecamatan Rangkasbitung 118 KK, Panggarangan 50 KK dan Malingping 50 KK.

Beruntung, kata dia, banjir tersebut tidak menimbulkan korban jiwa maupun kerusakan infrastruktur. Warga yang terdampak bencana banjir itu sudah kembali ke rumah masing-masing.

Penyaluran logistik juga dapat mengurangi risiko kebencanaan agar mereka tidak menimbulkan kerawanan pangan maupun serangan penyakit menular. Warga korban banjir menerima paket sembako antara lain beras, lauk pauk, minyak goreng, mie instan, air kemasan hingga peralatan dapur dan tikar.

Selama ini, kata dia, kondisi masyarakat yang diterjang banjir terpenuhi kebutuhan konsumsi pangan. "Kami tentu memprioritaskan penyaluran bantuan logistik pascapenanganan bencana agar terpenuhi kebutuhan pangan sehari-hari," katanya.

BPBD juga berkoordinasi dengan instansi terkait, seperti Dinas Ketahanan Pangan, DPUPR, Polri, TNI, PMI, relawan dan PLN. Koordinasi itu sehubungan memasuki badai La Nina dengan ditandai curah hujan yang meningkat dan berpotensi bencana banjir dan longsor.

“Kami mengoptimalkan koordinasi menghadapi cuaca buruk itu agar tidak menimbulkan korban jiwa, " katanya.

Sejumlah warga korban banjir mengaku bahwa mereka merasa lega setelah menerima bantuan beras dan bahan pokok lainnya dari BPBD Lebak. "Kami tentu sangat terbantu menerima bantuan sembako itu," kata Udin, warga Desa Rangkasbitung Timur Kabupaten Lebak.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement