Senin 15 Nov 2021 07:01 WIB

Ini Tiga Kondisi Banjir yang Mengancam Ibu Kota Negara

Sungai di Jakarta hanya memiliki kemampuan menampung air 2.300 m3 per detik. 

Rep: Eva Rianti/Shabrina Zakaria/Arie Lukihardianti / Red: Agus Yulianto
Seorang gadis muda bermain saat banjir rob di Pelabuhan Muara Angke di Jakarta, belum lama ini.
Foto: AP/Tatan Syuflana
Seorang gadis muda bermain saat banjir rob di Pelabuhan Muara Angke di Jakarta, belum lama ini.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bencana hidrometeorologi (banjir) di Ibu Kota Jarkarta, masih terus mengancam. Ada tiga situasi penting yang harus diantisipapsi dari terjadinya banjir ibu kota tersebut.

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyebutkan, ketiganya adalah banjir rob di kawasan utara Jakarta, curah hujan ekstrem lokal, dan hujan ekstrem di kawasan pegunungan. Maka, ketika terjadi hujan ekstrem di kawasan ini, kata dia, ketiga front harus diantisipasi.

"Ini karena Jakarta berlokasi di pesisir pantai yang di utara ada lautan dan di selatan adalah pegunungan," ujar Anies dalam acara kesiapsiagaan menghadapi bencana dampak fenomena La Nina di kawasan Taman Waduk Pluit, Jakarta Utara, Ahad (14/11). 

 

photo
Petugas BPBD Kota Bogor memantau tinggi muka air Sungai Ciliwung di Bendung Katulampa, Kota Bogor, Jawa Barat. (Antara/Arif Firmansyah)

 

Dia menjelaskan, situasi pertama yakni terkait adanya banjir rob. Dengan kondisi geografis Jakarta yang berada di pesisir pantai, perlu dilakukan antisipasi kondisi air laut yang menjadi pasang. 

"Front pertama adalah pesisir pantai. Ketika permukaan air laut meningkat, maka ada kawasan-kawasan di Jakarta yang berpotensi mengalami rob. Ini front pertama yang harus diantisipasi," jelasnya. 

Lalu, situasi kedua adalah hujan ekstrem lokal atau hanya sebagian wilayah Jakarta. Anies mengatakan, hujan ekstrem di Jakarta harus diantisipasi mengingat sistem drainase di kawasan strategis hanya memiliki ambang batas untuk menampung hingga 100 milimeter (mm) hujan per hari.

"Awal tahun ini kita mengalami 270 mm. Tahun 2020 bulan Januari 377 mm. Jadi, kita pernah mengalami lebih dari dua kali kapasitas, bahkan pernah hampir empat kali kapasitas. Karena itu, pasti akan terjadi genangan. Ini front kedua yang harus dihadapi, di dalam kota ketika hujan lokal intensif," tuturnya. 

Selanjutnya, situasi ketiga yakni hujan ekstrem di pegunungan. Anies menuturkan, Jakarta merupakan satu-satunya kota di Pulau Jawa yang dilewati 13 sungai dari pegunungan. Sehingga, air dari kawasan hulu akan mengalir ke sungai-sungai di Jakarta. 

"Bila volume air yang masuk ke Jakarta melampaui kapasitas sungai kita, maka terjadi luberan ke kanan kiri sungai," ucap dia. 

Anies menyebutkan, sungai di Jakarta memiliki kemampuan menampung air 2.300 meter kubik per detik. Sementara Sungai Ciliwung berkapasitas 600 meter kubik per detik. 

Sehingga, ungkap Anies, sungai di Jakarta tidak bisa menampung air melebihi batas kemampuannya. Seperti air yang pernah datang dari pegunungan mencapai hingga 3.300 meter kubik per detik. 

"Tiga front ini, untuk kita semua, ketika berbicara tentang bersiaga konkrit yang mau disiagakan dimana persiapannta apa langkahnya apa," tegas Anies.

Siaga, dikatakan Anies, bukan soal upacara siaga bukan soal menyiapkan alat-alat. Siaga adalah soal antisipasi untuk menyelamatkan. Artinya, disiapkan pesisir pantai, di tengah kota, dan kawasan kanan kiri sungai karena kita akan berhadapan dengan tiga front secara bersamaan. 

Menyiagasatukan daerah

Antisipasi serupa juga dilakukan oleh daerah penyangga, Pemprov Jabar. Gubernur Jabar Ridwan Kamil menyebut, seluruh daerah di Provinsi Jawa Barat disiagasatukan untuk memitigasi bencana. Terutama banjir yang melanda Jawa Barat selama hampir dua pekan November.

Emil sapaan Ridwan Kamil menyebutkan, ada beberapa langkah yang dilakukan Pemprov Jabar. "Menyiagasatukan seluruh daerah, memastikan saluran-saluran air dan jalur-jalur air itu terjaga dengan baik dan memadai. Sehingga, kalau ada hujan besar, meminimalisasi potensi banjir,” ujar Emil ketika ditemui Republika di Kota Bogor, akhir pekan.

Emil menegaskan, mitigasi bencana yang dilakukan ialah untuk mengurangi banjir. Bukan untuk menyelesaikan banjir. Menurutnya, menyelesaikan banjir masih dinilai terlalu besar.

“Artinya, apa yang kita upayakan memitigasi bencana ini, relatif berjalan. Walaupun belum 100 persen menyelesaikan,” ucapnya.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Barat mencatat selama dua pekan terakhir ada 57 titik banjir yang terjadi di wilayah Jawa Barat selama musim penghujan.

“Update per 12 November 2021, itu ada 57 titik banjir atau 57 kejadian bencana di Jawa Barat,” ujar Kepala Pelaksana BPBD Jawa Barat, Dani Ramdan.

Sumur resapan

Dihubungi terpisah, Kepala Dinas Sumber Daya Air Provinsi Jawa Barat (Jabar) Dikky Achmad Sidik meminta, masyarakat untuk terlibat aktif dalam gerakan sumur resapan sebagai upaya pencegahan banjir. Gerakan rekayasa konservasi air menggunakan alat sederhana untuk menampung air hujan ke dalam tanah ini rencananya akan dimulai dalam waktu dekat.

"Sumur resapan adalah salah satu gerakan yang akan kita launching di Jabar bulan ini sebagai salah satu gerakan untuk memasyarakatkan konservasi air ke dalam tanah," ujar Dikky usai menjadi pembicara dalam Jabar Punya Informasi (JAPRI) di Gedung Sate, Kota Bandung, akhir pekan ini.

Dikky mengatakan, ada dua keuntungan bila gerakan sumur resapan ini dilakukan secara masif. Pertama, akan mengurangi debit air yang masuk ke drainase sehingga meminimalisir terjadinya banjir. Kedua, air tanah dapat terisi kembali melalui sumur resapan.

"Dengan gerakan ini debit air pada drainase menjadi berkurang dan bisa me-recharge air tanah lewat sumur resapan ini," katanya.

Pembuatan sumur resapan, kata dia, tidak perlu menggunakan teknologi khusus tetapi bisa dilakukan dengan sederhana di rumah-rumah. Dikky menyebut cara sederhana ini sudah pernah dilakukan oleh para Babinsa di Satgas Citarum Harum, yakni dengan menggunakan drum bekas yang dilubangi. Kendati kapasitas penampungan airnya kecil, tetapi cara itu sudah berfungsi sebagai sumur resapan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement