Senin 15 Nov 2021 06:10 WIB

Pejabat AS: Iran Hilang Kendali Atas Milisi Syiah di Irak

Pejabat AS menilai serangan menargetkan PM Khadimi kemungkinan tak disetujui Iran.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Teguh Firmansyah
Pendukung Pasukan Mobilisasi Populer Syiah Irak berkumpul di lokasi serangan pesawat tak berawak AS yang menewaskan jenderal Iran Qasem Soleimani dan Abu Mahdi al-Muhandis, wakil pemimpin milisi Pasukan Mobilisasi Populer di jalan utama Bandara internasional Baghdad di Baghdad, Irak , 02 Januari 2021. Ratusan Pendukung Pasukan Mobilisasi Populer Syiah Irak berkumpul di lokasi serangan pesawat tak berawak AS pada peringatan pertama pembunuhan komandan milisi Irak Abu Mahdi al-Muhandis dan Qasem Soleimani, kepala Revolusi Islam Iran Pasukan Quds elit Korps Pengawal, dan delapan lainnya di bandara internasional Baghdad pada 03 Januari 2020.
Foto: EPA-EFE/MURTAJA LATEEF
Pendukung Pasukan Mobilisasi Populer Syiah Irak berkumpul di lokasi serangan pesawat tak berawak AS yang menewaskan jenderal Iran Qasem Soleimani dan Abu Mahdi al-Muhandis, wakil pemimpin milisi Pasukan Mobilisasi Populer di jalan utama Bandara internasional Baghdad di Baghdad, Irak , 02 Januari 2021. Ratusan Pendukung Pasukan Mobilisasi Populer Syiah Irak berkumpul di lokasi serangan pesawat tak berawak AS pada peringatan pertama pembunuhan komandan milisi Irak Abu Mahdi al-Muhandis dan Qasem Soleimani, kepala Revolusi Islam Iran Pasukan Quds elit Korps Pengawal, dan delapan lainnya di bandara internasional Baghdad pada 03 Januari 2020.

REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Pejabat Amerika Serikat (AS)  menilai serangan pesawat tak berawak yang menargetkan Perdana Menteri Irak Mustafa al-Khadimi kemungkinan tidak disetujui Iran. Menurutnya serangan itu menunjukkan kendali Teheran yang memudar atas milisi Syiah di negara tersebut.

Milisi Syiah memang berselisih dengan Kadhimi setelah hasil pemilihan parlemen bulan lalu. Milisi telah mengorganisir beberapa protes yang menuduh pemungutan suara itu penuh kecurangan.

Baca Juga

Para pejabat AS mengatakan kepada NBC News bahwa serangan ke Khadimi menunjukkan bagaimana Iran telah berjuang untuk menahan para pemimpin milisi Syiah yang berselisih di Irak sejak AS membunuh Jenderal Iran Qassem Soleimani pada 2020. "Adalah adil untuk mengatakan bahwa Iran tidak memiliki banyak kendali atas kelompok-kelompok ini sejak Soleimani terbunuh," kata seorang pejabat AS seperti dikutip laman Al Arabiya, Ahad (14/11).

Iran telah lama dituduh mengobarkan api kekerasan di Timur Tengah melalui dukungan keuangan dan militernya kepada jaringan proksi Syiah di wilayah tersebut, khususnya di Irak, Lebanon, Suriah, dan Yaman. Teheran mengutuk serangan terhadap Kadhimi dan membantah terlibat.

Rezim Iran mengirim komandan Pasukan Quds Iran Esmail Ghaani untuk mengunjungi Baghdad setelah upaya pembunuhan tersebut. Pasukan Quds bertanggung jawab atas operasi militer di luar Iran.

Douglas Silliman, yang menjabat sebagai duta besar AS untuk Irak dari 2016 hingga 2019, mengatakan bahwa pembunuhan Kadhimi bukan untuk kepentingan strategis Iran, karena akan berisiko melepaskan rantai peristiwa yang bergejolak di perbatasannya.

"Saya akan sangat terkejut jika Iran memerintahkan serangan pesawat tak berawak ke Kadhimi. Iran tidak ingin melihat Irak yang benar-benar tidak stabil. Mereka hanya menginginkan Irak yang cukup tidak seimbang sehingga mereka dapat memiliki pengaruh yang signifikan, baik politik maupun ekonomi," katanya.

Silliman menambahkan bahwa sejak pembunuhan Soleimani dan Abu Mahdi al-Muhandis, yang merupakan wakil komandan Pasukan Mobilisasi Populer Irak (Hashed Sha'abi) dan pemimpin de facto milisi pro-Iran, telah terjadi perebutan kekuasaan di antara pemimpin milisi di Irak. "Saya pikir ketegangan di antara para pemimpin milisi Syiah Irak sama besarnya dengan antara milisi dan Teheran," tukasnya.

Pada Ahad (14/11), militer Irak mengatakan, bahwa kediaman Kadhimi di Zona Hijau Baghdad menjadi sasaran drone bermuatan bahan peledak dalam upaya pembunuhan yang gagal. PM Khadimi tidak terluka dalam insiden itu.

Pejabat keamanan Irak dan sumber yang dekat dengan milisi Irak mengatakan kepada Reuters bahwa serangan itu dilakukan oleh setidaknya satu kelompok milisi yang didukung Iran. Drone serta bahan peledak yang digunakan adalah buatan Iran. Komandan Komando Pusat AS Jenderal Frank McKenzie juga mengatakan kepada Al-Hurra TV bahwa serangan itu dilakukan oleh milisi yang didukung Iran.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement