Senin 15 Nov 2021 07:03 WIB

Putra Qaddafi Akhirnya Calonkan Diri Sebagai Presiden Libya 

Saif Al-Islam putra Muammar Qaddafi akan bersaing dengan sejumlah kandidat

Rep: Rizky Jaramaya/ Dwina Agustina  / Red: Nashih Nashrullah
Saif Al-Islam putra Muammar Qaddafi akan bersaing dengan sejumlah kandidat.
Foto: Daily Mail
Saif Al-Islam putra Muammar Qaddafi akan bersaing dengan sejumlah kandidat.

REPUBLIKA.CO.ID, TRIPOLI – Putra mantan pemimpin Libya Muammar Al Qaddafi muncul untuk pertama kalinya dalam satu dekade pada Ahad (14/11).  

Saif al-Islam al-Qaddafi mendaftar sebagai calon presiden untuk pemilihan pada Desember. Pria berusia 49 tahun ini muncul dalam video komisi pemilihan dengan jubah dan sorban cokelat tradisional. Dia terlihat berjanggut abu-abu dan berkacamata ketika menandatangani dokumen di pusat pemilihan di kota selatan Sebha. 

Baca Juga

Saif al-Islam Qaddafi telah terdaftar sebagai calon presiden untuk pemilihan pada 24 Desember mendatang. Hal ini dikonfirmasi oleh seorang pejabat dari komisi pemilihan Libya. 

"Saif al-Islam Al Qaddafi mengajukan pencalonannya untuk pemilihan presiden ke kantor Komisi Pemilihan Nasional Tinggi di kota (selatan) Sebha," ujar sebuah pernyataan komisi pemilihan, dilansir Aljazirah, Senin (15/11). 

Saif al-Islam Al Qaddafi adalah salah satu tokoh paling menonjol yang mencalonkan diri sebagai presiden. Dia akan bersaing dengan panglima perang Khalifa Haftar, Perdana Menteri Abdul Hamid Dbeibah, dan Ketua Parlemen Aguila Saleh. 

Saif kemungkinan akan memainkan nostalgia untuk era sebelum pemberontakan 2011 yang menyapu ayahnya dari kekuasaan dan mengantarkan satu dekade kekacauan dan kekerasan. Para analis mengatakan, dia mungkin tidak terbukti menjadi yang terdepan.  

Era Qaddafi masih dikenang oleh banyak orang Libya sebagai salah satu otokrasi yang keras. Sementara Saif dan tokoh-tokoh rezim sebelumnya telah keluar dari kekuasaan begitu lama sehingga mereka mungkin merasa sulit untuk memobilisasi dukungan sebanyak saingan utama.

Namun, setelah pengumuman Said, para pendukung Qaddafi berdemonstrasi di kampung halamannya di Sirte, dan di Bani Walid, bekas benteng Qaddafi.

Sosok Saif adalah salah satu yang paling terkenal di Libya dan pernah memainkan peran utama dalam membentuk kebijakan sebelum pemberontakan yang didukung NATO 2011 yang menghancurkan rezim keluarganya. Namun, dia hampir tidak terlihat selama satu dekade.

Baca juga: Sempat Kembali Ateis, Mualaf Adam Takjub Pembuktian Alquran

Hanya satu kali pemandangan publik yang Said hadiri sejak dia ditangkap selama pertempuran pada 2011, yaitu ketika muncul melalui tautan video di hadapan pengadilan Tripoli. Saat itu pengadilan menjatuhkan hukuman mati atas kejahatan perang.

Terlepas dari keputusan itu, Said tidak pernah meninggalkan wilayah pegunungan Zintan, di luar perintah otoritas Tripoli. Masuknya dia secara resmi ke dalam pemilihan yang aturannya masih diperebutkan oleh faksi-faksi Libya yang berselisih dapat menimbulkan pertanyaan baru tentang kontes yang menampilkan kandidat yang dipandang di beberapa wilayah sebagai tidak dapat diterima.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement