REPUBLIKA.CO.ID, Pandemi Covid-19 telah mengantarkan bangsa Indonesia pada sebuah persimpangan. Memilih bertahan dengan kebiasaan lama atau melangkahkan kaki untuk menempuh jalan perubahan?.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebut, situasi itu sebagai "status quo". Situasi itu menguji sistem kesehatan dunia saat diguncang oleh SARS-CoV-2 pemicu pandemi Covid-19 yang berlangsung hampir dua tahun di Tanah Air.
"Masih segar dalam ingatan, rumah sakit yang penuh dengan pasien, suara sirine ambulans yang terus menerus berbunyi. Susahnya mencari kamar perawatan atau obat bagi orang yang kita kasihi, bahkan tidak sedikit masyarakat, petugas, dan tenaga kesehatan yang gugur karena Covid-19," katanya saat berpidato di Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke-57/2021 di Jakarta, Jumat (12/11).
Menkes mengatakan, bertahan pada titik persimpangan justru membawa bangsa pada berbagai masalah kesehatan yang tak kunjung reda. Tekanan Covid-19 di fasilitas pelayanan kesehatan membuat fokus kegawatdaruratan penyakit lain cenderung terabaikan.
Hingga 30 Oktober 2021, Kemenkes melaporkan penderita diabetes menempati peringkat tertinggi kematian pasien sebanyak 560 orang, hipertensi 543 orang, pneumonia 345 orang, jantung 284 orang, ginjal 121 orang, penyakit pernapasan 26 orang, dan ibu hamil 11 orang.
Pengalaman pahit di hilir sistem kesehatan Indonesia adalah alarm peringatan dari terbatasnya kemampuan pengendalian di sektor hulu dalam upaya pencegahan, deteksi dan respons dini pada potensi krisis kesehatan. Pada situasi itu, Indonesia terus melakukan perbaikan agar pandemi Covid-19 terkendali.