Senin 15 Nov 2021 08:22 WIB

Optimalkan KPR, BTN akan Biayai 200 Ribu Rumah per Tahun

BTN menargetkan bisa menguasai sekitar 80 persen penyaluran KPR Subsidi di Indonesia.

Rep: Novita Intan/ Red: Nidia Zuraya
Petugas melayani nasabah yang ingin mengajukan kredit perumahan rakyat (KPR) di kantor pusat BTN di Jalan Gajah Mada Nomor 1, Jakarta Pusat.
Foto: Foto Dok BTN
Petugas melayani nasabah yang ingin mengajukan kredit perumahan rakyat (KPR) di kantor pusat BTN di Jalan Gajah Mada Nomor 1, Jakarta Pusat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk  berupaya mengoptimalkan penyaluran kredit pemilikan rumah (KPR) bagi masyarakat Indonesia. Hal ini sebagai upaya memulihkan perekonomian nasional dalam masa pandemi.

Direktur Finance, Planning & Treasury BTN Nofry Rony Poetra mengatakan sektor perumahan dan properti, secara umum mempunyai multiplier effect yang besar. “Jika dilihat dari sisi output, setiap Rp 1 yang dikeluarkan sektor perumahan akan menciptakan nilai tambah pada ekonomi sebesar Rp 2,15. Pada sisi income multiplier, setiap Rp 1 dapat menciptakan tambahan penghasilan pada pekerja sektor perumahan sebesar Rp 0,76,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Ahad (14/11).

Baca Juga

Untuk mendukung sektor perumahan, lanjut Nofry, BTN bersama para pengembang siap memberikan pembiayaan rumah subsidi sekitar 200 ribu unit setiap tahunnya. Hal ini menjadikan BTN menguasai sekitar 80 persen penyaluran KPR Subsidi di Indonesia. 

“Pencapaian ini menjadi salah satu pondasi BTN untuk semakin memaksimalkan layanan KPR,” ucapnya.

Sementara itu, Wakil Sekretaris Jenderal Persatuan Insinyur Indonesia  (PII) Dandung Sri Harninto mengajak semua pihak baik bank penyalur maupun pengembang untuk memperhatikan kelayakan dalam menyalurkan hunian bagi masyarakat Indonesia terutama MBR. Dia juga menyodorkan sejumlah hal yang perlu dipertimbangkan dalam pengadaan rumah bagi MBR, antara lain risiko urban sprawling, memastikan kualitas rumah murah, akses rumah yang memadai, dan strata title rumah rakyat. 

Ekonom Universitas Paramadina, Wijayanto Samirin mengingatkan agar kalangan pelaku industri properti dan perumahan beradaptasi dengan kondisi ekonomi pasca-pandemi. Dia menilai perlu strategi yang konkret dan tepat saat fase recovery ekonomi pasca-pandemi, karena resources terbatas. 

“Harus ada terobosan, kalau tidak, akan ada di fase VL shape recovery. VL shape recovery agak berat di Indonesia karena kita akan kesulitan dalam menciptakan lapangan kerja terutama bagi generasi milenial,” ucapnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement