Senin 15 Nov 2021 09:27 WIB

Pentingnya Petani Kuasai Teknologi Pascapanen yang Benar

UMKM diminta meningkatkan nilai tambah produk hortikultura untuk memenuhi ekspor

Direktur Jenderal Hortikultura, Prihasto Setyanto mendorong penumbuhan UMKM untuk meningkatkan nilai tambah produk hortikultura. Hal ini juga dilakukan tak hanya untuk memenuhi pasar domestik namun juga pasar ekspor.
Foto: Kementan
Direktur Jenderal Hortikultura, Prihasto Setyanto mendorong penumbuhan UMKM untuk meningkatkan nilai tambah produk hortikultura. Hal ini juga dilakukan tak hanya untuk memenuhi pasar domestik namun juga pasar ekspor.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Demi terbangunnya kawasan korporasi hortikultura berskala ekonomi, Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengarahkan jajarannya untuk terus meningkatkan pembangunan pertanian yang maju, mandiri dan modern.

Sejalan hal tersebut, Direktur Jenderal Hortikultura, Prihasto Setyanto mendorong penumbuhan UMKM untuk meningkatkan nilai tambah produk hortikultura. Hal ini juga dilakukan tak hanya untuk memenuhi pasar domestik namun juga pasar ekspor.

Baca Juga

“Dalam penumbuhan UMKM hortikultura, kami mendukung dengan menyediakan fasilitasi sarana dan prasarana pascapanen, meningkatkan diversifikasi hasil olahan, kemitraan dengan berbagai stakeholder, promosi dan pemasaran. Termasuk peningkatan kapabilitas melalui bimbingan teknis,” ujar Prihasto.

photo
Direktur Jenderal Hortikultura, Prihasto Setyanto mendorong penumbuhan UMKM untuk meningkatkan nilai tambah produk hortikultura. Hal ini juga dilakukan tak hanya untuk memenuhi pasar domestik namun juga pasar ekspor. - (Kementan)

 

Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura, Bambang Sugiharto mendorong penumbuhan UMKM dengan mengimbau penerapan GAP hortikultura. Termasuk juga praktik tata kelola budidaya dan pasca panen hortikultura yang baik. Faktor sumber daya manusia dan lingkungan juga harus diperhatikan mulai dari perencanaan hingga pendokumentasian kegiatan.

“Indo GAP dalam Permentan Nomor 22 tahun 2021 tentang Praktik Hortikultura yang baik, termaktub landasan aturan budidaya yang baik. Hal ini untuk menghasilkan produk pangan yang aman dikonsumsi, bermutu, ramah lingkungan dan juga berdaya saing,” ujar Bambang.

Pengendalian respirasi dan transpirasi (suhu dan RH) adalah kunci untuk  mempertahankan kualitas buah. Upaya ini mampu memperpanjang umur simpan buah. Buah yang aman dikonsumsi meningkatkan keuntungan dan memperkecil resiko kerugian.

“Seperti yang kita ketahui, produk hortikultura itu mudah rusak dan masa simpan pendek oleh karena itu kita harus memperhatikan penanganan pada pascapanennya,” ujar Peneliti Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen, Siti Mariana Widiyanti.

Ketua Mitra Tani Unggul, Kabupaten Jember, Asroful Uswatun menerangkan tentang proses panen dan pasca panen pada buah buah naga. Mulai dari pemberian pupuk, penanganan OPT dengan cara penyemperotan pestisida nabati, cara memetik buah naga dengan cara mengguntingnya bagian tulangnya dari atas hingga penggunan keranjang khusus sehabis panen agar buah tidak rusak.

“Selain itu melakukan penataan yang baik dengan meletakkan buah pada satu arah. Pengemasan buah naga dengan bobot maksimal 12 buah atau 5 kilogram harus seragam. Penyimpanan dilakukan pada ruang pendingin atau cold storage. Untuk melakukan ekspor ke Eropa yang memiliki estimasi perjalanan 5-7 hari, tingkat kematangan buah naga yang cocok yaitu 65 persen,” tutupnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement