Senin 15 Nov 2021 09:53 WIB

Presiden Kenya ke Ethiopia dalam Upaya Redakan Konflik

Konflik antara kelompok Tigray dan pemerintah Ethiopia tewaskan ribuan orang.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Teguh Firmansyah
 Presiden Kenya Uhuru Kenyatta.
Foto: AP/UN Web TV
Presiden Kenya Uhuru Kenyatta.

REPUBLIKA.CO.ID, ADDIS ABABA -- Presiden Kenya Uhuru Kenyatta tiba di Ethiopia di tengah meningkatnya upaya internasional untuk menghentikan permusuhan di negara tersebut, Ahad (14/11). Kunjungan Kenyatta ke Ethiopia terbilang mendadak.

Kehadirannya di Addis Ababa usai utusan Uni Afrika (AU) Olusegun Obasanjo lebih dulu tiba di Ethiopia untuk pembicaraan tentang perdamaian dan dialog antara pihak bertikai.

Baca Juga

Sementara State House Kenya mengatakan di Twitter bahwa Kenyatta telah mengadakan pembicaraan pribadi dengan Perdana Menteri Ahme Abiy dan Presiden Ethiopia Sahle-Work Zewde. Awal bulan ini, Kenyatta telah meminta pihak-pihak yang bertikai di Ethiopia untuk meletakkan senjata mereka dan menemukan jalan menuju perdamaian.

"Pertempuran harus dihentikan!" katanya dalam sebuah pernyataan seperti dilansir laman Aljazirah , Senin (15/11). Dia mengecam kurangnya dialog yang dinilainya sangat mengganggu perdamaian.

Seperti diketahui, Kenya telah meningkatkan keamanan di sepanjang perbatasannya di tengah kekhawatiran gelombang pengungsi Etiopia yang melarikan diri dari perang. Sejak tahun lalu salah satu krisis kemanusiaan terburuk di dunia itu mulai menyebar

Lebih dari 12 bulan pertempuran antara pasukan federal dan pasukan Tigrayan telah menelan ribuan nyawa. Perang di Utara Ethiopia itu juga menelantarkan lebih dari dua juta orang hingga ratusan ribu penduduk menghadapi kondisi kelaparan.

Sementara Obasanjo meninggalkan Ethiopia pada Kamis pekan lalu setelah bertemu Perdana Menteri Abiy Ahmed dan pemimpin kelompok pemberontak Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF). Utusan khusus Amerika Serikat (AS) Jeffrey Feltman juga mengunjungi negara itu pekan lalu untuk pembicaraan menyoal upaya damai.

Dalam sebuah pernyataan Ahad, Obasanjo mengatakan, bahwa dia optimistis bahwa kesamaan menuju penyelesaian konflik secara damai dapat diamankan di Ethiopia. Namun mantan presiden Nigeria dan utusan khusus AU untuk Tanduk Afrika itu memperingatkan pembicaraan semacam itu tidak dapat dilakukan dalam lingkungan permusuhan militer yang meningkat.

"Oleh karena itu, saya mengimbau kepada pimpinan semua pihak untuk menghentikan serangan militer mereka. Ini akan memungkinkan kesempatan dialog untuk terus berkembang," kata dia.

Komentarnya disampaikan menjelang kunjungan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken ke tiga negara Afrika. Blinken telah mendukung upaya mediasi Obasanjo dan mengancam akan menjatuhkan sanksi pada pemerintah Abiy dan TPLF kecuali mereka melanjutkan pembicaraan.

Pada Kamis pekan lalu, Ethiopia menetapkan persyaratan untuk kemungkinan pembicaraan dengan TPLF, termasuk penghentian serangan dan penarikan pasukan dari wilayah Amhara dan Afar yang berbatasan dengan wilayah Tigray utara. "

Ada syaratnya: Pertama, hentikan seranganmu. Kedua, tinggalkan area yang telah Anda masuki (Amhara dan Afar). Ketiga, akui legitimasi pemerintah ini," kata juru bicara kementerian luar negeri Ethiopia Dina Mufti kepada wartawan, Kamis.

Namun juru bicara TPLF Getachew Reda sebelumnya mengatakan bahwa menarik diri dari Amhara dan Afar sebelum pembicaraan dimulai adalah tidak memungkinan. Pasukan Tigrayan mengatakan awal bulan ini mereka telah merebut Kemise, 325km dari ibu kota, Addis Ababa.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement