REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bawang merah merupakan salah satu dari 12 komoditas dasar pertanian yang harus dijaga. Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo dalam beberapa kali kesempatan menyatakan, saat ekonomi dunia melambat, sektor pertanian harus dimasifkan karena perut rakyat harus terus dipikirkan. Oleh karena itu, ia berkomitmen untuk menggenjot produksi pangan khususnya bawang merah.
Kebutuhan nasional bawang merah senilai 0,97 juta sampai dengan 1,1 juta ton rogol kering panen per tahunnya. Jenis bawang yang banyak diproduksi secara nasional yaitu bima brebes, super philips, tajuk, batu ijo dan lain lain.
“Sentra bawang merah di Pulau Jawa antara lain Majalengka, Bandung, Garut, Cirebon, Tegal, Grobongan, Nganjuk, Probolinggo, Batu, Kediri, Malang serta wilayah sekitarnya,” ujar Direktur Jenderal Hortikultura, Prihasto Setyanto, dalam siaran persnya, Senin (15/11).
Prihasto menginginkan arah kebijakan bawang merah mampu berdaya saing. Hal yang perlu dibenahi antara lain melalui peningkatan produksi dan produktifitas, akses pasar berikut logistik yang didukung dengan sistem pertanian modern ramah lingkungan.
“Mendukung hal tersebut, Direktorat Jenderal Hortikultura mengawal pengembangan bawang merah mulai dari pemberian bantuan benih, sarana produksi, pengendalian OPT hingga bantuan pascapanen,” terang
Menurut data ATAP BPS 2020, total produksi nasional bawang merah 1.815.445 ton dengan kebutuhan sebanyak 974.741 ton. “Sementara itu, target produksi 2021 sebesar 1.622.396 ton untuk mencukupi produksi, pasokan dan harga stabil. Mendukung hal tersebut, turut dibentuk 224 kampung bawang dengan alokasi APBN 2021 seluas 3.181 hektare,” terang Koordinator Bawang Merah dan Sayur, Mutiara Sari.
Mutiara menjelaskan, budidaya bawang merah pada musim hujan memiliki tantangan tersendiri. Terhitung mulai dari tingkat serangan organisme pengganggu (OPT) yang tinggi, ancaman banjir, penggunaan pupuk dan pestisida yang tinggi, termasuk penanganan pascapanen yang lebih lama.
“Solusinya, gunakan rainshelter dan irigasi kabut guna efisiensi produksi bawang merah,” ujarnya.
Selain itu, penanganan pascapanen juga turut diperhatikan. “Pada proses penjemuran, setelah dicabut, bawang merah diletakkan secara berjajar dengan posisi berdiri dan tertutup daun sampai kering total. Gunanya agar bawang merah tidak mengalami kerusakan saat disimpan,” ujar petani champion asal Kecamatan Rejoso, Kabupaten Nganjuk, Akad.
Senada dengan Akad, Dosen Agroteknologi UNS, Eddy Triharyanto mengatakan bahwa penanganan OPT harus diwaspadai sejak dini pada musim hujan. Hama semacam antraksnosa yang disebabkan oleh jamur pada tanaman bawang yang dapat dilihat dengan munculnya bercak putih pada bawang. Guna mengatasi, bisa dilakukan dengan cara aerasi dan draenasi.
“Selain pengendalian hama terpadu pada musim hujan, pengaturan aerasi dan drainasi sangat penting diperhatikan untuk pembuatan saluran draenasi di dalam, sehingga bedengan memiliki kondisi tanah tidak jenuh air (atus), ” terangnya.
Hal lain yang turut menjadi bahan perhatian adalah proses pelayuan. Pada masa ini, dijaga agar warna kulit bawang merah lebih merah dan mengkilap.
“Panen pada musim hujan juga perlu memperhatikan pengeringan. Antara lain perlu membuat para-para untuk tempat ikatan bawang merah agar mudah digantung dan diberi plastik untuk melindungi dari tetesan air hujan,” pungkasnya.