REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes). Dante Saksono Harbuwono menyebutkan, penyakit diabetes di Indonesia seperti fenomena gunung es yang memerlukan upaya deteksi dini untuk mencegah risiko komplikasi berujung kematian. Studi terakhir Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melaporkan, satu dari delapan orang di Jakarta menderita diabetes.
"Pada survei yang kita lakukan di Jakarta, ternyata yang terdeteksi hanya sepertiga dari angka keseluruhan. Saat dilakukan survei pada orang sehat, ternyata dua pertiga lebih mereka tidak tahu menderita diabetes. Ini fenomena gunung es," katanya saat membuka konferensi pers Hari Diabetes Sedunia 2021 yang diikuti dari Youtube Kemenkes di Jakarta, Senin (15/11).
Dante mengatakan, salah satu pemicu diabetes adalah kegemukan. Meski begitu, ia memastikan penyakit diabetes tidak hanya berhubungan dengan masyarakat perkotaan. Situasi yang sama juga melanda daerah lain, seperti Nangapanda di Kabupaten Ende, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dan yang tertinggi secara nasional di Provinsi Maluku Utara.
Dia menyebut, penyebab tertinggi diabetes di Tanah Air, salah satunya karena faktor genetik. "Angka kerapatan yang semakin melekat akibat perkawinan orang tua membuat generasi ke depan punya akses diabetes," kata Dante.
Melalui peringatan Hari Diabetes Sedunia 2021, kata dia, Kemenkes melakukan akselerasi peta jalan pengendalian diabetes secara menyeluruh melalui kerja sama dengan berbagai organisasi profesi terkait, kementerian atau lembaga hingga pemerintah daerah. Secara umum, peta jalan itu dibagi atas penanganan di sektor hulu hingga hilir melalui strategi promotif, preventif, dan surveilans.
Menurut Dante, upaya promotif dan preventif diarahkan kepada pola hidup yang baik. Misalnya, diet rendah gula dan rendah garam, serta edukasi skrining kesehatan. Selain itu, Kemenkes bersama BPJS Kesehatan memiliki program kebutuhan dasar kesehatan (KDK) yang memungkinkan masyarakat memeriksa gula darah secara rutin yang ditanggung biayanya oleh negara.
"Dari studi epidemiologi genetik, tidak ada seorang pun terbebas dari gen diabetes sehingga setiap orang berpotensi mengalami diabetes. Faktor promotif dan preventif harus dikerjakan," kata Dante.
Dia melanjutkan, diabetes kerap ditandai dengan angka diagnosis gula darah lebih dari 126, gula darah sesudah makan lebih 200, atau angka rata-rata gula darah dalam tiga bulan terakhir lebih dari 6,5. Dalam taraf itu, Dante menyebut, upaya antisipasi penyakit sudah terlambat.
Sering kali gula darah yang tidak terkendali memicu berbagai penyakit lain sehingga mengakumulasi biaya yang harus ditanggung negara untuk pasien. "Dengan upaya maksimal di hulu, kita akan hemat biaya pengobatan komplikasi. Supaya biaya akumulasi di luar penyakit diabetes bisa ditekan. Mengobati diabetes dari awal jadi sangat penting," ucap Dante.