REPUBLIKA.CO.ID, LARANTUKA -- Dinas Pertanian Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) mencatat luas tanam jagung yang dikembangkan melalui program Tanam Jagung Panen Sapi (TJPS) pada 2021 telah mencapai seluas 4.000 hektare (ha).
"Pengembangan jagung ini merupakan bagian dari program unggulan Pemprov NTT untuk meningkatkan produksi jagung, populasi ternak sapi, dan kesejahteraan keluarga petani dan peternak," kata Kepala Dinas Pertanian NTT Lecky Koli dalam keterangan yang diterima di Larantuka, Kabupaten Flores Timur, Senin (15/11).
Ia menjelaskan, luas area tanam jagung sekitar 4.000 hektare ini terealisasikan pada musim tanam II (musim kemarau) 2021, sementara target luas tanam jagung) pada 2021 seluas 9.000 hektare. Lecky menjelaskan, pada beberapa area jagung yang ditanam juga sudah dipanen.
Ia mencontohkan seperti panen yang dihadiri Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat di Desa Manusak, Kabupaten Kupang, pada pekan pertama November 2021. Sebelumnya, ia melanjutkan panen jagung Program TJPS juga sudah dilakukan oleh Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, beberapa waktu lalu di Baumata, Kabupaten Kupang.
Lecky mengatakan, untuk mendukung pengembangan jagung lewat Program TJPS ini, Distan NTT menyalurkan benih jagung dengan kualitas produksi yang tinggi. Pemerintah provinsi, kata dia, juga mengintervensi sampai pada tahap pemasaran dengan menghubungkan petani jagung dengan pembeli (off taker) besar yang membeli dengan harga yang telah disepakati minimal Rp 3.200 per kilogram.
"Sementara harga maksimal mengikuti harga pasar. Pengusaha juga tidak boleh beli dengan harga dibawah yang sudah dipatok oleh pemerintah karena ada perjanjian kerja sama," kata Lecky.
Ia menambahkan, dengan skema pengembangan jagung seperti ini diharapkan dapat memberikan hasil yang maksimal bagi petani. Sehingga pendapatan yang petani peroleh bisa untuk membeli ternak maupun untuk kebutuhan ekonomi rumah tangga petani sendiri.