Senin 15 Nov 2021 16:31 WIB

Presiden Argentina Berjanji Atasi Utang IMF

Popularitas Presiden Argentina terpukul selama pandemi Covid-19 dan inflasi

Rep: Lintar Satria/ Red: Christiyaningsih
Popularitas Presiden Argentina Alberto Fernandez terpukul selama pandemi Covid-19 dan inflasi. Presiden berjanji akan mengatasi utang Argentina di IMF. Ilustrasi.
Foto: AP/Marco Ugarte
Popularitas Presiden Argentina Alberto Fernandez terpukul selama pandemi Covid-19 dan inflasi. Presiden berjanji akan mengatasi utang Argentina di IMF. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, BUENOS AIRES -- Presiden Argentina Alberto Fernandez berjanji mengatasi masalah utang dengan Dana Moneter Internasional (IMF) dan inflasi 'jahat'. Hal ini disampaikan setelah partainya Partido Justicialista (PJ) tampil buruk dalam pemilihan sela.

Ia berjanji untuk mengatasi inflasi di atas 50 persen yang menurunkan upah dan mengirimkan rencana ekonomi jangka panjang ke Kongres pada awal Desember. Ini adalah sesuatu yang sudah lama dinantikan investor dan IMF selama negosiasi untuk mencapai kesepakatan baru.

"Dalam tahap baru ini, kami akan memperdalam upaya kami untuk mencapai kesepakatan berkelanjutan dengan IMF. Kami harus menjelaskan ketidakpastian yang dapat dari utang tidak berkelanjutan semacam ini," kata Fernandez dalam pidatonya, Senin (15/11).

Presiden moderat kiri itu menyerukan kerja sama 'patriotik' dengan oposisi dari sayap konservatif yang memenangkan sejumlah pemilihan penting, seperti pemilihan parlemen di provinsi padat penduduk Buenos Aires dan pemilihan Senat. Partai berkuasa berada dalam jalur kehilangan suara mayoritas di Senat yang mereka kuasai selama 40 tahun lebih. PJ sudah berusaha agar oposisi tidak memenangkan majelis rendah.

Pemilihan ini memperebutkan setengah kursi di majelis rendah Chamber of Deputies dan sepertiga kursi Senat. Pemilih fokus pada inflasi besar-besaran dan tingginya angka kemiskinan yang dipertajam selama pandemi Covid-19.

"Saya tahu hanya sedikit sekali orang yang memiliki cukup uang pada akhir bulan," kata penjaga keamanan di Buenos Aires, Ricardo Arese.

Ia mengatakan sejak 2016 pengeluaran rumah tangganya naik 300 persen dan ia tidak melihat alasan untuk optimistis. "Kami menantikan dua tahun ke depan yang sangat sulit," kata pria berusia 69 tahun itu.

Pemilihan berjalan dengan lancar tapi banyak pemilih yang marah dan kecewa. "Saya di sini untuk memilih dengan harapan semuanya akan berubah," kata seorang ibu rumah tangga di Buenos Aires, Mirta Laria.

"Setiap hari kondisi kami semakin buruk dan yang menyedihkan anak-anak kami hanya melihat jalan keluar dari kehidupan mereka di luar negeri," tambahnya.

Popularitas Presiden Fernandez terpukul selama pandemi Covid-19 dan inflasi. Nilai mata uang berada di titik terendahnya terhadap dolar AS meski pemerintah melakukan pengendalian yang ketat.

Pengamat Argentina dari Medley Global Advisor yang bermarkas di New York, Ignacio Labaqui, mengatakan kekalahan di pemilihan sela artinya 'kekuatan politik Fernandez mengecil'. "Disebabkan koalisi yang penuh dengan keluhan internal dan setumpuk masalah ekonomi yang perlu diperbaiki, dimulai dengan inflasi," kata Labaqui.

Koalisi pemerintah menguasai 41 dari 72 kursi Senat dan mayoritas di majelis rendah. Kini tampaknya mereka akan kehilangan suara mayoritas.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement