Senin 15 Nov 2021 17:33 WIB

Menerka Nasib Taiwan dalam Pusaran Dua Raksasa Dunia

China diperkirakan akan memperingatkan AS agar tidak ikut campur dalam masalah Taiwan

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Christiyaningsih
Presiden China Xi Jinping dijadwalkan bertemu secara virtual dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden pada Selasa (16/11). China diperkirakan akan memperingatkan AS agar tidak ikut campur dalam masalah Taiwan. Ilustrasi.
Foto: AP/Andy Wong
Presiden China Xi Jinping dijadwalkan bertemu secara virtual dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden pada Selasa (16/11). China diperkirakan akan memperingatkan AS agar tidak ikut campur dalam masalah Taiwan. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Presiden China Xi Jinping dijadwalkan bertemu secara virtual dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden pada Selasa (16/11). Xi akan memanfaatkan momen pertemuan virtual pertama tersebut untuk membahas masalah Taiwan.

Menurut editorial media pemerintah China yang terbit pada Senin (15/11), Xi diperkirakan akan memperingatkan AS agar tidak ikut campur dalam masalah Taiwan. Sebuah editorial dalam bahasa Inggris yang diterbitkan China Daily mengatakan kemungkinan Xi akan memberi kesan kepada Biden bahwa Beijing bertekad untuk mewujudkan reunifikasi nasional di masa mendatang.

Baca Juga

Outlet media pemerintah seperti China Daily biasanya diberikan arahan oleh pihak berwenang tentang isu-isu penting seperti hubungan China-AS. Media pemerintah biasanya akurat dalam memberitakan isu strategis negara dan memprioritaskan para pemimpin China. Pada Senin, tabloid Global Times yang merupakan milik Partai Komunis menulis editorial dengan judul "Masalah Taiwan adalah garis merah utama China".

“Untuk mengurangi risiko bentrokan kepentingan strategis antara China dan AS, maka AS harus mengambil langkah mundur dari masalah Taiwan," tulis editorial Global Times.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken pada Sabtu (13/11) melakukan panggilan telepon kepada Menteri Luar Negeri China Wang Yi. Dalam panggilan telepon tersebut, Beijing memperingatkan Washington agar tidak mengirimkan sinyal yang salah kepada pasukan pro-kemerdekaan Taiwan. Beberapa ahli mengatakan penekanan China pada Taiwan mencerminkan keengganan untuk terlibat dalam konflik bersenjata dengan Amerika Serikat.

“Para pemimpin China sadar bahwa mereka belum menyelesaikan modernisasinya dan masih menghadapi banyak tantangan dalam ekonomi domestiknya,” kata seorang lrofesor di S. Rajaratnam School of International Studies di Singapura, Li Mingjiang.

Li mengatakan, China juga tidak memiliki keyakinan penuh bahwa mereka dapat mengamankan kemenangan militer. “Perang dapat sangat mengganggu modernisasi ini dan mengembalikan kebangkitannya,” ujar Li.

sumber : AP
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement