Senin 15 Nov 2021 18:01 WIB

Militer Inggris Peringatkan Kemungkinan Perang dengan Rusia

Menurut militer Inggris ada kemungkinan perang dengan Rusia terkait krisis pengungsi

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Christiyaningsih
Ribuan imigran yang terjebak di perbatasan Belarusia berebut bantuan kemanusiaan di Grodno, Belarusia, 11 November 2021. Menurut militer Inggris ada kemungkinan perang dengan Rusia terkait krisis pengungsi.
Foto: EPA
Ribuan imigran yang terjebak di perbatasan Belarusia berebut bantuan kemanusiaan di Grodno, Belarusia, 11 November 2021. Menurut militer Inggris ada kemungkinan perang dengan Rusia terkait krisis pengungsi.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Kepala Angkatan Bersenjata Inggris Nick Carter memperingatkan militer Inggris harus siap berperang dengan Rusia. Dia menambahkan, Rusia saat ini telah menjadi ancaman yang lebih besar di Eropa Timur daripada delapan tahun lalu.

Pernyataan Carter dilatarbelakangi oleh ketegangan antara Polandia dan Belarus terkait masalah migrasi yang didukung oleh Rusia. Selain itu, Rusia juga mengerahkan pasukan di perbatasannya dengan Ukraina. Mantan perwira MI6, Christopher Steele, mengatakan kepada media lokal, Rusia yakin sedang berperang dengan Inggris dan sekutunya.

Baca Juga

Menanggapi pernyataan Steele, Carter mengatakan kepada Sky News bahwa Rusia mungkin menganggap konteks strategis global sebagai perjuangan berkelanjutan. Mereka akan menerapkan semua instrumen kekuatan nasional untuk mencapai tujuan.  

"Namun, dengan melakukan itu, (Rusia) tidak ingin membawa perang yang panas. Jadi, ya, menurut saya dia (Steele) benar. Pertanyaannya, tentu saja, adalah bagaimana Anda mendefinisikan perang dan saya, sebagai seorang prajurit, akan cenderung mendefinisikan perang sebagai tindakan pertempuran dan pertempuran yang sebenarnya, dan saya rasa mereka tidak menginginkan itu. Saya pikir mereka ingin mencoba dan mencapai tujuan mereka dengan cara yang lebih bernuansa," kata Carter dilansir Anadolu Agency, Senin (15/11).

Berbicara kepada BBC, Carter menyebut Rusia menggunakan buku pedoman hibrida yang menghubungkan disinformasi dengan destabilisasi. Termasuk gagasan mendorong migran ke perbatasan Uni Eropa. Menanggapi apakah situasi di Eropa Timur dapat berkembang menjadi perang panas, Carter memberi jawabannya.

“Saya tidak tahu. Saya pikir kita harus waspada dan memastikan pencegahan. Secara kritis, kita harus memastikan ada persatuan dalam aliansi NATO dan kita tidak membiarkan kesenjangan terjadi dalam posisi kolektif kita," kata Carter.

Carter menyebut dunia saat ini jauh lebih kompetitif dibanding 10 atau 15 tahun yang lalu. Menurut dia, persaingan antara negara dan kekuatan besar mengarah pada ketegangan yang lebih besar. "Dan saya pikir ketegangan adalah hal yang perlu diwaspadai," kata Carter.

Menurut Carter, awalnya dunia hanya terpusat pada dua poros, yaitu Uni Soviet dan Barat. Kemudian berkembang menjadi banyak poros dan Amerika Serikat (AS) menjadi negara yang unggul di berbagai bidang. Carter berpendapat saat ini dunia memasuki periode multi-poros.

"Saya pikir di dunia multiporos, orang-orang bersaing untuk tujuan yang berbeda dan pada agenda yang berbeda sehingga ada risiko ketegangan yang lebih besar dan mengarah pada hal-hal yang sedang diperbincangkan," ujarnya.

Carter akan mengundurkan diri sebagai kepala angkatan bersenjata pada akhir bulan. Dia akan digantikan oleh Laksamana Sir Tony Radakin yang merupakan komandan angkatan laut.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement