Selasa 16 Nov 2021 05:18 WIB

Fahri Hamzah Sebut Indonesia Perlu Perkuat Rasa Nasionalisme

Berkobarnya Pertempuran Surabaya wujud penolakan rakyat Indonesia terhadap Sekutu.

Rep: Antara/ Red: Erik Purnama Putra
Warga mementaskan teatrikal Pertempuran 10 November 1945 di kawasan Mulyorejo Selatan, Kota Surabaya, Jawa Timur, Senin (17/8/2020).
Foto: Didik Suhartono/ANTARA
Warga mementaskan teatrikal Pertempuran 10 November 1945 di kawasan Mulyorejo Selatan, Kota Surabaya, Jawa Timur, Senin (17/8/2020).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Umum Partai Gelora, Fahri Hamzah mengatakan, Indonesia membutuhkan 'prosesi' untuk memperkuat rasa nasionalisme, dan salah satu wujud dari prosesi yang dimaksud adalah peringatan berbagai momentum sejarah bangsa.

"Salah satu momentum itu adalah Pertempuran Surabaya pada 10 November 1945 yang kemudian ditetapkan sebagai Hari Pahlawan," kata Fahri dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Senin (15/11). Pernyataan tersebut disampaikan ketika memberi paparan dalam webinar Moya Institute yang bertajuk Momentum Hari Pahlawan: Peneguhan Kembali Nasionalisme'.

Baca Juga

Fahri juga mengobarkan semangat masyarakat dengan mengingatkan kembali pada peristiwa Pertempuran Surabaya pada 10 November 1945. "Berkobarnya Pertempuran Surabaya sebagai wujud penolakan rakyat Indonesia terhadap klaim Sekutu dan Belanda pada Tanah Air kita pascakekalahan Jepang dalam Perang Dunia II, hanya bisa terjadi karena rakyat Surabaya digerakkan oleh rasa cinta Tanah Air," ujar Fahri.

Heroisme rakyat Surabaya kala itu, menurut Fahri, sangat luar biasa dalam mempertahankan kemerdekaan yang sudah diproklamasikan oleh Sukarno-Hatta pada 17 Agustus 1945. Berbagai aksi dahsyat dari warga Surabaya, sambung dia, bisa menjadi referensi bagi bangsa Indonesia pada masa kini mengenai betapa bangsa Indonesia pada masa lalu.

Hal itu lantaran warga sangat berani melawan pihak pemenang dalam Perang Dunia II. Seperti, melakukan perobekan bendera Belanda di Hotel Yamato serta penembakan Brigjen Aubertin Mallaby. Menurut Fahri, peristiwa itu terjadi karena rasa kebangsaan yang besar.

Bahkan, lanjut Fahri, bukan hanya Perang Surabaya, berbagai momentum dalam sejarah bangsa ini, seperti lahirnya Budi Utomo 1908, Sumpah Pemuda 1928, Proklamasi 1945, mengatasi komunisme 1965, dan berbagai momentum sejarah lainnya bisa menjadi prosesi guna memperkuat nasionalisme bangsa Indonesia.

"Termasuk ketika angkatan 1990-an seperti saya mengoreksi penyelewengan oleh rezim Orde Baru pada 1998, sehingga melahirkan era reformasi dan demokrasi. Begitu banyak momentum dalam sejarah kita yang bisa kita jadikan referensi untuk menunjukkan betapa hebatnya bangsa ini," tutur eks Wakil Ketua DPR tersebut.

"Yang tak boleh kita lupakan, negara kita ini adalah satu-satunya negara kepulauan di antara lima besar negara terbesar di dunia," ucap Fahri.

Aktor dan seniman Ramzi menyatakan, rasa nasionalisme itu sejatinya tidak hanya muncul dalam momen tertentu, seperti Hari Pahlawan, Hari Sumpah Pemuda atau Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus. Menurut Ramzi, rasa nasionalisme itu harus terus dipupuk setiap waktu, sekaligus dimodifikasi sesuai dengan perubahan zaman.

"Sebab perubahan zaman ini sangat luar biasa, yang memunculkan tantangan luar biasa juga bagi bangsa ini," ujar Ramzi.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement