Perpustakaan Diminta Kembangkan Inovasi Digital
Rep: Dadang Kurnia/ Red: Esthi Maharani
(Foto: Ilustrasi perpustakaan) | Foto: Pixabay
REPUBLIKA.CO.ID, SIDOARJO -- Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa meminta perpustakaan terus mengembangkan inovasi berbasis digital. Adaptasi terhadap inovasi berbasis digital memurutnya penting. Ia mengingatkan, peran perpustakaan semakin penting karena tidak hanya membudayakan gemar membaca, tetapi juga meningkatkan literasi masyarakat untuk menghadapi era society 5.0.
“Saat ini zaman sudah berubah dari dulunya kesulitan mencari informasi, sekarang ini kesulitannya adalah memilih dan memilah informasi. Di era keberlimpahan informasi saat ini, perpustakaan harus terus berinovasi secara digital,” kata Khofifah di Sidoarjo, Senin (15/11).
Khofifah mengatakan, perkembangan teknologi memungkinkan setiap orang bisa mengakses dan mendapatkan informasi dari manapun. Hal ini selain memiliki dampak baik, juga memiliki dampak kurang baik, yakni tersebarnya informasi yang tidak terukur dan tidak bisa dipertanggungjawabkan.
Untuk itu, kata dia, kemampuan literasi yang harus dimiliki masyarakat adalah mampu memilih dan memilah informasi. Kemampuan ini, lanjutnya, bisa dilatih dengan kebiasaan membaca. Hal ini, kata dia, menjadi salah satu peran penting perpustakaan.
Saat ini, kata Khofifah, Perpustakaan di Jawa Timur telah mengembangkan sejumlah inovasi untuk meningkatkan literasi masyarakat. Diantaranya, menghadirkan layanan peminjaman dan pengembalian dengan konsep drive thrue. Perpustakaan Jawa Timur juga bisa diakses secara digital melalui aplikasi "dJatim" yang dapat diunduh di Playstore.
“Saat ini dengan transformasi digital yang bisa diakses oleh kita semua memungkinkan dan memudahkan kita semua untuk bisa melakukan sesuatu lebih efektif, lebih cepat, lebih murah, dan bisa lebih mudah diakses oleh siapa saja, ujarnya.
Khofifah juga berharap perpustakaan dapat mengembangkan layanan berbasis inklusi sosial. Disamping itu, juga mampu memfasilitasi masyarakat dalam mengembangkan potensinya dengan melihat keragaman budaya yang ada, kemauan untuk menerima perubahan, menawarkan kesempatan berusaha, serta melindungi dan memperjuangkan Hak Asasi Manusia (HAM).
“Seringkali kita menemukan entitas tertentu yang tidak mudah menerima perubahan. Dalam kondisi-kondisi seperti ini, maka literasi yang bisa membuka ruang-ruang sosial yang lebih inklusif sangat dibutuhkan. Bagaimana kita bersama bisa membuka ruang-ruang sosial yang lebih inklusif," kata dia.
Khofifah berjanji, pembangunan urusan perpustakaan akan mendapatkan perhatian penuh dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Karena, kata dia, perpustakaan merupakan fondasi pengembangan Sumber Daya Manusia menjadi insan yang unggul dan berakhlak.
“Perpustakaan merupakan fasilitas pembelajaran sepanjang hayat yang diperlukan oleh semua kelompok umur, dan sekaligus juga merupakan ruang publik yang terbuka untuk semua kelompok masyarakat tanpa membeda-bedakan suku, agama, ras dan golongan,” ujarnya.
Khofifah menjelaskan, di Jawa Timur terdapat 27.866 perpustakaan. Terdiri dari 78 perpustakaan umum, 3.668 perpustakaan desa, 17.862 perpustakaan sekolah, 4.378 perpustakaan rumah ibadah, 529 perpustakaan dinas, 305 perpustakaan perguruan tinggi, dan 1.046 perpustakaan pondok pesantren. Keberadaan perpustakaan ini harus dikembangkan baik kuantitas maupun kualitas, minimal sesuai dengan standar nasional perpustakaan.