Selasa 16 Nov 2021 09:37 WIB

AirAsia X Malaysia Dapat Persetujuan Restrukturisasi Utang

99 persen kreditur menyetujui restrukturisasi utang AirAsia X Malaysia.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Nidia Zuraya
Air Asia (ilustrasi)
Foto: Air Asia
Air Asia (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- AirAsia X Malaysia anak usaha penerbangan jarak jauh AirAsia Group mendapatkan persetujuan restrukturisasi utang dari 99 persen krediturnya. Maskapai tersebut saat ini tengah berusaha bertahan menghadapi penurunan jumlah perjalanan setelah terdampak pandemi Covid-19. 

Penyelesaian rencana restrukturisasi akan membantu maskapai menghindari delisting dari bursa Malaysia. “Reset luas dan mendalam ini diperlukan untuk menyediakan platform yang diinginkan untuk membangun kembali bisnis,” kata AirAsia X dalam sebuah pernyataan dikutip dari Forbes, Senin (15/11). 

Baca Juga

AirAsia X memastikan dengan adanya reatrukturisasi tersebut akan membuat maskapai berada dalam posisi yang sangat baik. Khususnya untuk menangkap perjalanan liburan dan peluang kargo setelh terdampak Covid-19. 

Berdasarkan rencana tersebut, AirAsia X menawarkan untuk membayar hanya 0,5 persen dari lebih dari delapan miliar dolar AS utang kepada kreditur. Sebagai bagian dari kesepakatan, Airbus mengatakan setuju untuk mengurangi pesanan pesawat menjadi 15 pesawat berbadan lebar A330neo dan 20 pesawat A321XLR. 

AirAsia X mengatakan pihaknya mengharapkan untuk menyelesaikan restrukturisasi yang juga memerlukan peningkatan ekuitas baru sebanyak 150 juta dolar AS. Khususnya melalui penawaran hak dan penjualan saham sekunder pada kuartal pertama 2022.

Saat ini, maskapai penerbangan menjdi salah satu yang paling terpukul oleh pandemi Covid-19 ketika negara-negara di seluruh dunia melakukan pembatasan untuk mengantisipasi Covid-19. AirAsia X telah menegosiasikan pengembalian pesawat kepada lessor di tengah meningkatnya kerugian yang mencapai hampir 8,2 miliar dolar AS. 

Pada pekan lalu, AirAsia menunjuk Colin Currie yang juga merupakan mantan direktur pelaksana Adidas di Asia Pasifik sebagai chief commercial officer untuk membantu mempercepat pertumbuhan bisnis digital grup. Maskapai tersebut menargetkan 50 persen dari total pendapatan berasal dari bisnis digital pada 2025.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement