Selasa 16 Nov 2021 12:42 WIB

Pakar: Protokol Kesehatan Mulai Kendur di Ruang Publik

Masyarakat diingatkan untuk ketat menerapkan protokol kesehatan di ruang publik.

Red: Reiny Dwinanda
Calon penumpang pesawat terbang diperiksa sebelum memasuki area Bandara Husein Sastranegara, Kota Bandung, Selasa (26/10). Penerapan protokol kesehatan di ruang publik dinilai mulai kendur.
Foto: REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Calon penumpang pesawat terbang diperiksa sebelum memasuki area Bandara Husein Sastranegara, Kota Bandung, Selasa (26/10). Penerapan protokol kesehatan di ruang publik dinilai mulai kendur.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof Tjandra Yoga Aditama mengingatkan masyarakat untuk selalu menaati protokol kesehatan dengan ketat . Ia menyoroti penerapan protokol kesehatan di ruang publik mulai kendur.

Prof Tjandra menceritakan pengalamannya saat bepergian naik pesawat. Ketika itu, tidak ada penerapan jaga jarak dalam antrean saat naik pesawat.

Baca Juga

"Kalau mau masuk antrean pesawat orang tidak jaga jarak, padahal itu kan di lantai bisa dibuat tanda-tanda, kenapa mesti mepet?" kata Prof Tjandra dalam webinar bertemakan "Libur Nataru dan Varian Baru Strategi Cegah Gelombang Ke-3 Pandemi Covid-19" yang dipantau di Jakarta, Selasa.

Selain itu, Tjandra menceritakan, petugas bandara meminta calon penumpang untuk melepas masker sebagai verifikasi antara kartu identitas dengan wajah asli. Menurut Tjandra, hal itu berpotensi terjadinya transmisi virus ditambah lagi dengan tidak adanya jaga jarak antarpenumpang saat mengantre.

Prof Tjandra juga mengapresiasi aplikasi PeduliLindungi yang digunakan oleh pemerintah untuk melacak pergerakan orang ke ruang publik dan mengidentifikasi warga yang sudah divaksinasi. Namun, dia mengkritisi penerapan penggunaan aplikasi PeduliLindungi di ruang publik yang tidak maksimal.

Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَحْلِفُوْنَ بِاللّٰهِ مَا قَالُوْا ۗوَلَقَدْ قَالُوْا كَلِمَةَ الْكُفْرِ وَكَفَرُوْا بَعْدَ اِسْلَامِهِمْ وَهَمُّوْا بِمَا لَمْ يَنَالُوْاۚ وَمَا نَقَمُوْٓا اِلَّآ اَنْ اَغْنٰىهُمُ اللّٰهُ وَرَسُوْلُهٗ مِنْ فَضْلِهٖ ۚفَاِنْ يَّتُوْبُوْا يَكُ خَيْرًا لَّهُمْ ۚوَاِنْ يَّتَوَلَّوْا يُعَذِّبْهُمُ اللّٰهُ عَذَابًا اَلِيْمًا فِى الدُّنْيَا وَالْاٰخِرَةِ ۚوَمَا لَهُمْ فِى الْاَرْضِ مِنْ وَّلِيٍّ وَّلَا نَصِيْرٍ
Mereka (orang munafik) bersumpah dengan (nama) Allah, bahwa mereka tidak mengatakan (sesuatu yang menyakiti Muhammad). Sungguh, mereka telah mengucapkan perkataan kekafiran, dan telah menjadi kafir setelah Islam, dan menginginkan apa yang mereka tidak dapat mencapainya; dan mereka tidak mencela (Allah dan Rasul-Nya), sekiranya Allah dan Rasul-Nya telah melimpahkan karunia-Nya kepada mereka. Maka jika mereka bertobat, itu adalah lebih baik bagi mereka, dan jika mereka berpaling, niscaya Allah akan mengazab mereka dengan azab yang pedih di dunia dan akhirat; dan mereka tidak mempunyai pelindung dan tidak (pula) penolong di bumi.

(QS. At-Taubah ayat 74)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement