Selasa 16 Nov 2021 18:38 WIB

Menakar Risiko di Balik Dibukanya Wisata Lewat Jalur VTL

WNI bisa mulai mengajukan izin berkunjung ke Singapura lewat VTL mulai 22 November.

Red: Indira Rezkisari
Singapura akan membuka perbatasannya bagi turis asal Indonesia dengan jalur vaccinated travel lines (VTL) mulai akhir November 2021.
Foto: Reuters
Singapura akan membuka perbatasannya bagi turis asal Indonesia dengan jalur vaccinated travel lines (VTL) mulai akhir November 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Dian Fath Risalah, Lintar Satria, Antara

Rencana pembukaan jalur perjalanan bagi turis Indonesia Singapura lewat vaccinated travel lines (VTL) sedang dalam perincian kedua negara. Rencananya di akhir bulan ini warga Indonesia bisa mulai mendaftarkan diri untuk melancong ke Singapura tanpa karantina lewat jalur VTL.

Baca Juga

Menanggapi hal tersebut, Epidemiolog Griffith University Australia Dicky Budiman menekankan kerjasama tersebut harus dibarengi dengan keyakinan pemerintah terkait kekuatan intervensi di negara tersebut. Alasannya tidak ada sistem karantina bagi pelaku perjalanan internasional lewat jalur VTL. "Syarat idealnya, aturan tanpa karantina ini diberlakukan ketika tidak sedang beredar varian baru yang dicurigai serius," kata Dicky kepada Republika, Selasa (16/11).

Dicky menekankan, level transmisi serta cakupan vaksinasi juga menjadi penting. Menurutnya, negara yang melakukan VTL harus memiliki level transmisi 1 hingga 2 berdasarkan indikator Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Selain itu, cakupan vaksinasi lengkap di negara tersebut juga harus di atas 70 persen. Kemudian, rasio kasus positif serta reproduksi virus pun ditekankan di bawah 1 persen. Tak hanya itu, diperlukan juga pengamatan terkait munculnya varian baru dari Covid-19.

"Tanpa itu semua ya risiko, kecuali bila setelah terbukti varian-varian yang ada situasi sudah semakin baik. Tapi kan ini harus menunggu terlebih dahulu," ujarnya.

Alasan Indonesia masuk sebagai negara yang bisa diterima masuk Singapura adalah faktor rendahnya kasus. Dicky mengatakan rendahnya kasus tetap harus menjadi kewaspadaan.

Ia terus mewanti-wanti agar tidak jumawa dengan pencapaian saat ini. Terlebih, saat ini sudah ada penurunan level Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di sejumlah wilayah di Indonesia.

Ia memandang pandemi Covid-19 masih menjadi ancaman nyata kesehatan. Sebab, potensi kemunculan gelombang ketiga Covid-19 masih terus menghantui. Terlebih di Indonesia masih banyak kasus-kasus terinfeksi yang belum terdeteksi.

"Untuk diketahui level transmisi di Indonesia, semua daerah di Indonesia tidak ada yang lebih dari level community transmission yang ditetapkan oleh WHO, yang artinya level community transmission itu terburuk. Artinya masih banyak kasus infeksi yang belum terdeteksi, sehingga kalaupun angka absolutnya bagus ya belum lulus," kata Dicky kepada Republika.

Dicky tidak menyalahkan perihal level PPKM yang sudah diturunkan. Namun, menurutnya penurunan bisa dilakukan bila sudah melebihi level community transmission.

"Kecuali kalau sudah lebih dari level community transmission, tidak ada kasus dalam beberapa hari. Jadi kondisi sekarang belum aman banget, berbahaya. Kalau ada hanya satu kasus pun itu fenomena gunung es," terang Dicky.

Dicky menambahkan, saat ini Indonesia juga telah memberikan pencapaian yang baik dalam hal vaksinasi. Namun, masih banyak pula masyarakat yang belum divaksin, seperti anak-anak serta kelompok rawan. "Jadi ini bisa saja meledak dari kelompok-kelompok tersebut," ucap Dicky.

Duta Besar Republik Indonesia untuk Singapura Suryopratomo mengatakan Singapura telah membuka kembali negaranya bagi warga negara asing yang datang dari 19 negara dengan kasus Covid-19 rendah, termasuk Indonesia. Suryopratomo mengatakan Pemerintah Singapura secara bertahap membuka pintu masuk bagi negara-negara dengan kasus rendah, dimulai dari Brunei Darusallam dan Jerman.

"Mengapa, karena Brunei kasusnya relatif sangat rendah, kemudian jumlah penduduknya sedikit, vaksinasi tinggi, negaranya mampu memberi vaksin seluruh warganya. Jerman adalah contoh negara di Eropa yang paling disiplin, karena itu mereka melihat sebagai prototipe pada Jerman," kata Suryopratomo.

Pemerintah Singapura menilai kedua negara tersebut sangat rendah kemungkinan penduduknya datang membawa virus Covid-19. Setelahnya, Singapura kembali memperbesar jumlah negara yang boleh masuk bagi 14 negara, dan saat ini menjadi 19 negara termasuk Indonesia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement