Rabu 17 Nov 2021 04:57 WIB

Situs Kampung Japat: Dari Swahili Hingga Jakatera

Jangan gegabah sama kata resapan

pulau bidadari
Foto: baliwww.com
pulau bidadari

Ridwann Saidi: Sejarawan, Budayawan Betawi, da? Politisi Senior. - (RIDWAN SAIDI)

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ridwan Saidi, Politisi Senior, Sejarawan, dan Budayawan Betawi.

Bacanya yapat, artinya jauh. Ini kampung mereka dari kawasan Afrika yang berbahasa Swahili. Lokasi di Jalan Lodan. Patih Majakatera yang ikut tanda tangan perjanjian dengan Portugis 23 Agustus 1521, selain Syahbandar Wa Item, adalah Mundari. Mundari fam atau keturunan Sudan.

Situs Mor(o) Telo, telaga Moro, adalah betsheba, pemandian putri-puti, di pulau Bidadari. Arkaeolog lokal, tak boleh lihat batu bersusun langsung saja mereka bilang benteng. Benteng Portugis lagi.

Betsheba ini dibangun orang Moro. Kapan?

Laporan Tiongkok jadi rujukan yang mengatakan pelabuhan Chilupa (Kalapa) mulai disinggahi para pelayar pada  VIII M. Banyak pelayar seperti Tiongkok dan Arab, kecuali Bahrein, tidak bermukim. Orang Bahrain mukim di Tanjung Priyuk. Orang Afro yang berbahasa Swahili, 0yang bekend sebagai Moro, bermukim di Jalan Lodan, sekarang, di kawasan Pasar Ikan yang bekend sebagai Kampung Japat. Kampung-kampung migran tua di Jakarta Kampung Bahar, Kampung  Yapat, Kampung Tana Mera di  Bandengan. Ini Kampung Americana. Ini semua situs yang harus dilindungi.

Bahasa Swahili banyak meresap ke bahasa Melayu: Gondangdia, alfu (tauhid), kramat, sukur bukan syukur, contohnya:'gue sukurin lu nyungsep'. Nama-nama hari senen, selasa, rébo, kemis, jumahat. Selam, selamet, selametan, kubur, kapir, kapiran, bukan kafir.

Saudarap-saudara ahli bahasa hendaknya tidak bergegas-gegas ambil kesimpulan tatkala anda berpapasan dengan kata-kata resapan. Musti sobar ente.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement