REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Bambang Noroyono, Antara, Dadang Kurnia
Tim Datasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror kembali melakukan penangkapan terhadap tiga orang terduga tindak pidana terorisme di Bekasi, Jawa Barat (Jabar), pada Selasa (16/11). Tiga orang ini disebut terafiliasi dengan Jamaah Islamiyah (JI) dan masih berhubungan dengan penangkapan di Jawa Timur dan Lampung dalam dua pekan terakhir.
“Sudah ditetapkan tersangka,” kata Kepala Bagian Operasional (Kabag Ops) Densus 88, Kombes Aswin Siregar saat dihubungi wartawan dari Jakarta, Selasa (16/11).
Dia mengatakan, tiga yang ditangkap dan ditetapkan tersangka itu adalah Ahmad Zain an-Najah (AZ), Anung al-Alhamad (AA), dan Farid Ahmad Okbah (FAO). Ketiganya, dikatakan ditangkap pada Selasa (16/11) pagi di tiga lokasi terpisah di wilayah Bekasi, Jabar.
Kepala Bagian Penerangan Umum (Kabag Penum) Mabes Polri, Kombes Ahmad Ramadhan, menerangkan, AZ ditangkap di Perumahan Pondok Melati, di Bekasi. Ia ditangkap tim Densus 88, sekitar pukul 04.39 WIB. Sedangkan AA, ditangkap di Jalan Raya Legok di Jati Melati, Bekasi. Terakhir FAO, juga ditangkap di Bekasi, di kawasan Pondok Melati, Jati Melati. “Sampai saat ini, proses terhadap ketiganya, masih terus dilakukan,” kata Ramadhan.
Ramadhan menambahkan, dari pemeriksaan tim Densus 88 sementara ini, diketahui ketiganya adalah diduga sebagai anggota JI. Kata Ramadhan, dari hasil pemeriksaan sementara ini, juga dikatakan tersangka FAO diketahui selaku pendiri partai politik (parpol). Kata Ramadhan, pendirian parpol oleh FAO tersebut, sebagai langkah kedok untuk melindungi pergerakan kelompok JI. “FAO diketahui pendiri Partai Dakwah Republik Indonesia (PDRI),” kata Ramadhan.
Dikatakan juga, aksi FAO mendirikan PDRI, setelah ia berkonsultasi dengan tersangka terorisme, anggota JI lainnya, Arif Siswanto (AS), yang sudah tertangkap sebelumnya. “Dia (FAO), ikut memberikan solusi kepada saudara AS, yang sebelumnya sudah tertangkap,” ujar Ramadhan.
AS diketahui, juga bagian dari jaringan JI yang dipimpin Parawijayanto (PW) yang juga sudah tertangkap. “Jadi, diketahui sementara ini, pendirian partai itu, dibentuk sebagai wadah baru,” terang Ramadhan.
Dikatakan juga, dari pemeriksaan sementara terhadap ketiga yang baru tertangkap itu, diketahui FAO juga adalah anggota Dewan Syariah Lembaga Amil Zakat Badan Mal Abdurrahman bin Auf (LAZ BM ABA). Lembaga tersebut, adalah yayasan yang diketahui juga sebagai sumber pendanaan JI.
Densus 88 pada pekan lalu juga menangkap lima tersangka dugaan tindak teroris kelompok JI di wilayah Jawa Timur. Kelima tersangka tersebut berinisial BA, AS, AN, RH, dan MA. Kelimanya ditangkap di sejumlah wilayah seperti Bojonegoro, Gresik, Kediri, dan Sumenep.
Menurut Ramadhan, lima tersangka teroris kelompok JI Jawa Timur terkait dengan pengiriman senjata api, pelatihan kaderisasi, dan kelompok pelatih atau instruktur militer JI. "Jika ditanya adakah keterkaitan antara JI Lampung dengan Jawa Timur? Tentu ada kaitannya, karena dalam organisasi JI antara wilayah a dan wilayah b ada hubungannya, baik penggalangan dana maupun pengiriman personel," kata Ramadhan.
Baca juga : Densus Tangkap Farid Okbah, Ini Respons Mahfud MD
Sebelumnya, saat proses penangkapan teroris JI di Lampung, personel Densus 88 Antiteror belum menemukan barang bukti kotak amal. Namun, kata Ramadhan, penyidik terus menggali informasi terkait penggalangan dana kelompok JI Jawa Timur.
"Belum ditemukan kotak amal di Jatim, tapi kita lakukan pendalaman penyelidikan apakah ada pola penggalangan dana juga," ujar Ramadhan.
Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menyebutkan, ratusan kotak amal yang diduga milik jaringan teroris JI di Lampung, salah satunya digunakan untuk biaya kaderisasi. "Dalam pengkaderan, dana digunakan JI untuk mengirimkan anggota terpilihnya ke negara konflik seperti Suriah dan Irak guna menjalankan latihan militer,” kata Deputi II BNPT Brigjen Ibnu Suhendra di Jakarta, pekan lalu.
Dia mengatakan, penggalangan dana lewat kotak amal yang dilakukan oleh jaringan teroris di Lampung ditujukan untuk agenda jihad global. BNPT menghimpun informasi yang menyebutkan bahwa JI kerap memberi beasiswa bagi 10 orang terpilih di pesantren binaannya.
Densus 88 Antiteror Polri menyita lebih dari 700 kotak amal dari LAZ BM ABA di Lampung pada pekan lalu. Ratusan kotak amal yang disita Densus 88 terdiri atas 76 kotak amal kaca berkaki, 706 kotak amal berbahan kaca, 29 kotak amal berbahan kayu, dan satu bundel akta pendirian organisasi.
Ibnu menerangkan, LAZ ABA merupakan lembaga yang memiliki program dakwah, pendidikan, kesehatan, santunan sosial, solidaritas dunia Islam, pemberdayaan ekonomi umat, dan tanggap bencana. Program itu, kata dia, dibiayai oleh kegiatan pengumpulan dana secara sukarela.
Baca juga : Karier Dudung Meroket Sejak Bikin Patung Bung Karno di Akmil
Sasar milenial
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Boy Rafli Amar mengatakan, di zaman era digital yang menjadi sasaran dalam paham radikalisme mayoritas generasi milenial. Hal itu disampaikan saat Boy menghadiri acara peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Kanzus Sholawat, Kota Pekalongan, Ahad (14/11).
Oleh karena itu, lanjut Boy, generasi milenial harus bisa memilih data yang sesungguhnya dan tidak asal sebar tanpa memastikan kejelasannya. "Di era pandemi, gencar-gencarnya para pelaku radikalisme proses rekrutmen sehingga orang tua juga perlu waspada dan mengawasi putra mereka. BNPT pun selalu melakukan pendekatan dengan hati dalam langkah preventif," ujar dia.
Lebih lanjut, Boy pun mengajak seluruh elemen masyarakat untuk bersinergi dan berkolaborasi dalam menggunakan media sosial. Diharapkan, penggunaan media sosial dapat dimanfaatkan untuk tujuan yang baik serta dapat secara bijak menilai konten bermanfaat dan yang tidak bermanfaat.
"Seluruh pihak baik itu jajaran pemerintah, kementerian/lembaga, seluruh komponen masyarakat dan organisasi masyarakat perlu bersatu padu membangun kehidupan peradaban dunia maya yang penuh toleransi, penuh semangat saling menghormati, dan tidak menggunakan sosmed dalam konteks untuk kepentingan kejahatan," kata mantan kabid Humas Polda Metro Jaya itu.
Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak mengajak generasi milenial untuk menggemakan narasi-narasi perdamaian di sosial media. Menurutnya, hal ini perlu dilakukan untuk mengikis pesan-pesan yang kontradiktif dengan ajaran Pancasila maupun Bhinneka Tunggal Ika. Selain itu, upaya ini menghindarkan generasi milenial dari paham radikalisme.
"Anak muda harus bijak dan cerdas menggunakan sosial media agar tidak mudah terpengaruh berita-berita hoaks yang kemudian menggiring pola pikir mereka ke paham radikalisme. Semaksimal mungkin, bawa narasi-narasi perdamaian dalam bentuk tulisan maupun gambar," kata Emil.