Rabu 17 Nov 2021 06:31 WIB

Satgas Ingatkan Reproduksi Covid-19 Mulai Naik

Angka reproduksi penting untuk menentukan upaya pengendalian Covid-19 yang tepat.

Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito. Satgas mengingatkan, angka reproduksi Covid-19 mulai meningkat.
Foto: Satgas Covid-19
Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito. Satgas mengingatkan, angka reproduksi Covid-19 mulai meningkat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 mengingatkan bahwa angka reproduksi atau reproduction number (Rt) Covid-19 mulai meningkat menjadi 0,96 dari pekan sebelumnya 0,01.

"Semakin tinggi Rt suatu penyakit maka akan semakin besar peluang jumlah kasus positif terus meningkat, begitu juga sebaliknya," ujar Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito dalam konferensi pers yang diikuti secara daring di Jakarta, Selasa (16/11).

Baca Juga

Ia mengemukakan, reproduction number adalah rata-rata banyak orang yang terinfeksi akibat terpapar dari satu orang yang positif atau sakit. Ia menambahkan, angka reproduksi berguna untuk menggambarkan kemampuan penyebaran suatu penyakit.

Besar angka reproduksi akan sangat tergantung kepada karakteristik maupun lingkungan di sekitar organisme penyebab penyakit. "Jika dilihat lebih mendalam walaupun Rt di seluruh pulau masih berada di bawah satu, namun angkanya di Jawa-Bali dan Kalimantan mengalami kenaikan," kata Wiku.

Ia mengatakan, memerhatikan angka reproduksi penting selain angka kasus, angka kematian, dan angka fatalitas untuk menjadi dasar penentuan upaya pengendalian Covid-19 yang tepat.

Wiku menjelaskan, umumnya setiap jenis penyakit memiliki basic reproduction number (R0), yaitu nilai tetap kemampuan penyebaran penyakit dalam situasi tanpa disertai intervensi pencegahan tertentu. Contohnya R0 untuk virus Covid-19 varian original dari Wuhan yaitu 2,4 sampai dengan 2,6.

"Hal ini bermakna bahwa satu orang kasus positif rata-rata dapat menularkan kepada dua sampai tiga orang lain di sekitarnya setelah melakukan interaksi," ujar Wiku.

Sedangkan Rt, lanjut dia, adalah angka reproduksi penyakit setelah adanya intervensi. Ia menambahkan, umumnya angka reproduksi di atas satu menyebabkan penambahan kasus yang berlipat atau eksponensial.

Angka satu menyebabkan penambahan kasus yang cenderung stagnan. Sementara angka di bawah satu secara gradual akan menginfeksi lebih sedikit orang dan akhirnya dapat menghentikan perluasan penyakit dalam suatu kondisi tertentu layaknya epidemi. Sebab, semakin sedikitnya jumlah kasus positif baru maupun bertambahnya jumlah kesembuhan kasus positif seiring waktu dan pengobatan yang dijalani.

Ia mengatakan, penetapan besar angka reproduksi suatu penyakit dilakukan oleh para ilmuwan untuk menggambarkan tingkat penularan menggunakan data di lapangan. Yaitu angka kematian, keterisian tempat tidur di rumah sakit, maupun positivity rate.

Wiku berharap, penyampaian data angka reproduksi terkini dapat menjadi pembelajaran baru bagi pemda untuk dapat membaca tingkat penularan Covid-19 dari aspek epidemiologis yang lebih spesifik. "Ingat untuk bisa memahami Covid-19 kita memerlukan data dan basis ilmiah untuk menghasilkan kebijakan yang efektif," ujar Wiku.

Ia meminta kepada seluruh lapisan masyarakat tetap perlu waspada ke depannya. Apalagi kemunculan varian baru Covid-19 lain yang nyatanya memiliki reproduction number yang lebih tinggi.

"Reproduction number akan sangat dinamis tergantung seberapa baik intervensi yang kita lakukan, baik dengan protokol kesehatan 3M, upaya 3T, maupun vaksinasi," kata dia.

Menurut Wiku, dengan melaksanakan protokol kesehatan yang ketat, melakukan vaksinasi hingga upaya 3T maka masyarakat dapat berpartisipasi dalam menurunkan angka reproduksi sehingga laju infeksi menurun. "Kita perlu kembali mengencangkan pengendalian agar kita dapat mencegah gelombang kasus baru di tahun depan," kata Wiku.

 

sumber : ANTARA
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement