REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Kepala Rabi Iran Yehuda Gerami mengatakan komunitas Yahudi di negara itu takut akan serangan fisik dari beberapa saudara Muslim setelah pembunuhan Januari 2020. Ketika itu komandan Pasukan al-Quds Iran Jenderal Qassem Soleimani dibunuh dengan serangan pesawat nirawak oleh Amerika Serikat (AS).
"Situasinya sangat sensitif. Kami merasakan kepekaan itu, bukan dari pemerintah, dari masyarakat. Mereka berbicara tentang balas dendam," kata Rabu Gerami berbicara di Chabad of Northern Virginia di Fairfax, Virginia.
Gerami menekankan, Iran adalah satu-satunya tempat di mana sinagoga tidak membutuhkan keamanan apa pun. "Tapi kita harus menggunakan kebijaksanaan kita, kita adalah tamu dan kita harus diplomatis," katanya.
Presiden AS saat itu Donald Trump mengirimkan gelombang kejutan ke seluruh wilayah dengan pembunuhan yang ditargetkan terhadap Soleimani yang membuat marah negara itu dan sekutunya. Trump mengatakan serangan itu datang sebagai tanggapan atas serangan terhadap kepentingan AS di Irak. Beberapa laporan mengatakan Israel telah memberi AS intelijen yang dibutuhkan untuk melakukan serangan itu.
Menurut Rabi Gerami, dia memutuskan untuk mengutuk serangan itu secara terbuka di berita. Dia pun menyampaikan belasungkawa kepada keluarga Soleimani untuk menenangkan situasi. "Kami merasa mungkin ada bahaya. Kemudian kami harus pergi memberikan wawancara dan mengatakan kami tidak setuju, bahwa kami tidak setuju dengan perang ini," ujar Rabi Gerami.
Rabi Gerami memberi tahu pejabat Iran bahwa Tanah Israel adalah dan akan selalu suci bagi orang Yahudi, terlepas dari siapa yang mengaturnya. "Tanah Suci adalah tanah. Itu yang tertulis di Taurat. Saya katakan kepada mereka, misalnya, bahwa Arab Saudi itu suci, Nabi Anda ada di sana, Ka'bah ada di sana. Tetapi Anda tidak memiliki hubungan apa pun dengan pemerintah Arab Saudi. Anda bahkan menentang pemerintah," katanya.
Secara berulang kali, Rabi Gerami menyatakan orang-orang Yahudi menjauh dari politik dan fokus pada menjaga perintah-perintah Yahudi. “Kami harus selalu menekankan bahwa kami tidak terlibat dalam politik. Itu harus selalu kita tekankan. Terkadang itu sangat sulit," katanya.
Menurut sensus penduduk Iran, sebelum Revolusi Islam 1979, ada sekitar 100 rabi orang Yahudi di Iran. Jumlah itu telah turun menjadi di bawah 10.000.