REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Pupuk Kalimantan Timur (Kaltim) akan membangun pabrik baru pupuk majemuk, NPK, di Bontang, Kalimantan Timur. Pembangunan ini guna mendukung ketahanan pangan, sekaligus memanfaatkan peluang pasar pupuk nonsubsidi atau komersial yang masih cukup besar baik sektor tanaman pangan, perkebunan, dan lainnya di dalam negeri.
"Kebutuhan pupuk di luar subsidi itu masih sangat besar sekali, terutama untuk pupuk NPK, baik di tanaman pangan maupun perkebunan seperti kelapa sawit," kata Direktur Utama Pupuk Kaltim Rahmad Pribadi di Jakarta, Selasa (17/11).
Ia mencontohkan kebutuhan pupuk secara nasional berdasarkan RDKK itu mencapai lebih dari 20 juta ton per tahun. Sementara kemampuan produksi total holding PT Pupuk Indonesia dimana PT Pupuk Kaltim menjadi anak perusahaannya, hanya sekitar 14 juta ton per tahun.
Kemudian pupuk bersubsidi dari pemerintah sekitar 9 juta ton tahun ini. Sehingga peluang pasar pupuk nonsubsidi atau komersial sangat besar.
Selama ini, kata dia, pasar pupuk komersial banyak dipenuhi dari impor terutama oleh swasta. Karena itu peluang pasar industri pupuk domestik di dalam negeri masih sangat tinggi.
Oleh karena itulah, lanjut dia, Pupuk Kaltim berencana membangun pabrik pupuk NPK baru di Bontang, Kalimantan Timur, dengan kapasitas 100.000 ton per tahun. Ini menambah kapasitas pupuk NPK yang kini dimiliki Pupuk Kaltim sebesar 350.000 ton per tahun.
Namun berbeda dengan pabrik NPK sebelumnya, kata Rahmad, pabrik baru tersebut akan memproduksi pupuk NPK berbasis nitrat, bukan dari urea atau nitrogen. "Kebetulan kita punya pabrik amonium nitrat, jadi kita bangun pabrik NPK berbasis nitrat," ujarnya.
NPK berbasis nitrat selama ini masih diimpor. Ia mengatakan NPK berbasis nitrat lebih mudah diserap oleh tanaman dan bagus untuk tanaman berumur pendek seperti hortikultura.
"Jadi begitu disebar (pupuk NPK nitrat) langsung diserap tanaman, seperti cabai yang berbuah terus," ujarnya.
Rahmad memperkirakan investasi untuk membangun pabrik baru pupuk NPK berbasis nitrat itu sekitar Rp 300 miliar. Ia memperkirakan pabrik tersebut baru akan beroperasi pada tahun 2024.
"Ini sedang proses persiapan proyeknya. Mudah-mudahan tahun depan sudah mulai konstruksi, 2 tahunlah konstruksinya," ujar Rahmad.
Sebelumnya Menteri BUMN Erick Thohir mengarahkan PT Pupuk Kaltim merambah pasar pupuk nonsubsidi. "Kami mendorong salah satu perusahaan pupuk, yakni Pupuk Kaltim, untuk berdiri tegak di market yang terbuka untuk yang nonsubsidi," ujarnya, Kamis (30/9).